Allah yang Mengatur Takdir Manusia
Allah yang Mengatur Takdir Manusia
Hadirin sekalian, apapun musibah yang menimpa kita sebenarnya adalah atas izin Allah Ta’ala, tidak ada yang datang secara tiba-tiba atau tanpa ada yang menghendakinya. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-thagabun ayat 11:
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗوَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
“Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11).
Jadi semua hal termasuk musibah sudah tertulis disisi Allah, sebelum takdir tersebut sampai kepada kita sebagai manusia. Tidak ada kebetulan dalam hidup ini, semuanya sudah ada garisnya dihadapan Allah. Dalam surat lain Allah juga menyebutkan bahwa semua sudah ada dalam kitab Lauh Mahfuzh:
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22)
Jika ada musibah yang menghampiri kita, maka langsung ingat ke Allah bahwa musibah tersebut sudah diukur oleh Allah sesuai kemampuan kita masing-masing. Dalam surat Al-Baqarah Allah juga menerangkan bahwa: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya..” (Al-Baqarah: 286)
Kemudian pertanyaannya adalah, apakah kita akan selalu ditimpa sebuah musibah? Atau kesusahan terus menghampiri kita? Maka Allah Ta’ala juga memberikan jawabanya dalam Al Qur’an surat Al-Insyirah:
“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)? dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu, dan Kami tinggikan sebutan nama(mu) bagimu. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah: 1 – 8).
Oleh karena itu hadirin, perlu kita ketahui bahwa setiap kesulitan itu ada kemudahan, bahkan satu kesulitan diapit oleh dua kemudahan. Sayangnya ketika kita mengalami kepahitan atau kesulitan kita tidak melihat dua kemudahan tersebut, seharusnya kita berpikir bahwa setiap kepahitan yang kita rasakan pasti ada kemudahan. Wallahu a’lam bishowab.
(KH. Abdullah Gymnastiar)