Menjadi Pribadi Matang

Allah Ta’ala memberikan pelajaran kepada hamba-hamba-Nya setiap saat, siapa pun yang kita lihat, kita dengar, kita temui sebetulnya banyak mengandung ilmu dari Allah jika kita mau untuk menafakkurinya. Misalkan kita sering melihat anak kecil entah di rumah atau di tempat lainnya. Anak kecil selalu identik dengan perilakunya yang menggemaskan dan juga polos. Jika kita mau memikirkan atau menafakkurinya sebenarnya ada pelajaran besar dari kita melihat perilaku anak-anak.

Sifat dan perilaku anak-anak pasti berbeda dengan orang dewasa, orang dewasa biasanya memiliki sifat dan perilaku yang matang, lebih bijak, tidak hanya dewasa secara umur tetapi juga dewasa secara perilaku. Orang yang sudah berumur dewasa seharusnya tidak bersikap layaknya anak kecil. Walaupun kedewasaan dan kematangan bersikap tidak menjamin dengan semakin bertambahnya umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, bahkan jabatan.

Tidak sedikit orang yang semakin tua umurnya tetapi semakin kekanak-kanakan sifatnya. Contohnya adalah perilaku egois atau ingin menang sendiri. Tidak heran jika anak-anak bersikap egois ingin menang sendiri, ingin mendapatkan mainan untuk dirinya sendiri. Tetapi sikap egois ini sangat tidak pantas jika dimiliki oleh orang usia dewasa, ingin mendapatkan segala sesuatu hanya untuk kepentingan pribadi. Egois pada usia orang orang dewasa bahkan tidak hanya mencirikan sifat tidak dewasa, tetapi juga bisa menjadi perilaku dzalim.

Misalkan praktik korupsi yang dilakukan oleh para pejabat, mereka tidak hanya ingin menang sendiri dengan memperkaya diri sendiri, tetapi korupsi juga akan berimbas kepada hilangnya hak orang lain karena diambil oleh pelaku korupsi, sehingga dari perilaku egois akan memunculkan perilaku dzalim.

Bermanfaat untuk Orang Lain

Maka kebalikan dari perilaku egois atau ingin menang sendiri adalah orang berumur dewasa harus membuat dirinya bisa memberikan manfaat untuk orang lain. Baik dengan perilakunya maupun dengan hartanya. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah.

عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : الْمُؤْمِنُ آلِفٌ مَأْلُوفٌ ، وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ وَلَا يُؤْلَفُ ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ.

Dari Jabir ra, dari Rasulullah Saw. bersabda: “Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah, dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Thabrani no. 5949)

Maka salah besar jika orang hidup hanya mementingkan diri sendiri tanpa mementingkan kepentingan orang lain. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial dan saling membutuhkan dengan sesama manusia.

Rendah Hati

Suka menyombongkan atau pamer dengan hal yang dipunya adalah salah satu sifat yang sering dilakukan oleh anak kecil. Punya mainan baru misalkan biasanya anak-anak akan memamerkannya pada teman-temannya. Maka orang dewasa yang suka pamer atau menyombongkan dirinya baik dengan kemampuan atau dengan hartanya pada dasarnya dia sedang menunjukkan sikap kekanak-kanakan. Maka orang yang sudah berumur dewasa seharusnya ia bersikap rendah hati dengan segala hal yang telah dimilikinya.

وعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ رواه مسلم

Abu hurairah radhiyallahu ’anhu  berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam  bersabda, “Tiada berkurang harta karena shadaqah. Allah pasti akan menambah kemuliaan kepada seseorang yang suka memaafkan dan seseorang yang selalu merendahkan diri karena Allah, pasti Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)

Dengan bersikap dewasa yang kita tunjukkan pada dasarnya akan mengangkat derajat kita juga, dibandingkan kita mengikuti keegoisan untuk mengikuti perilaku yang mencirikan anak-anak. Dan orang dewasa juga harus memahami bahwasannya dengan kita melihat perilaku anak-anak maka seharusnya kita juga memikirkan jika orang dewasa berperilaku seperti itu maka sama saja sedang mencontoh sifat kekanak-kanakan. (Wahid)