Jangan Meremehkan Orang Lain
Ibnu Athaillah as-Sakandari menyampaikan:
مَعْصِيَةٌ أَوْرَثَتْ ذُلًّا وَافْتِقَارًا خَيْرٌ مِنْ طَاعَةٍ أَوْرَثَتْ عِزًّا وَاسْتِكْبَارًا
“Maksiat atau dosa yang memunculkan rasa rendah diri dihadapan Allah dan merasa membutuhkan rahmat Allah adalah lebih baik dibandingkan perbuatan baik dan taat tetapi membangkitkan rasa sombong, ujub dan besar diri”.
Maksud dari ungkapan beliau adalah bukan berarti maksiatnya yang lebih baik, tetapi adalah rasa rendah diri dihadapan Allah dan rasa akan butuh terhadap rahmat Allahlah yang menjadi hal penting. Itu berarti bagaimana orang-orang yang berbuat dosa kemudian mampu menyikapi atas perbuatan dosa yang telah dilakukannya. Misalkan kita berbuat salah dan dosa kemudian setelah melakukan perbuatan itu kita merasa bersalah, menyesal dan takut, yang akhirnya membuat kita menjadi berharap kepada Allah Ta’ala untuk diberikan rahmat dan hidayah juga ampunan atas perbuatan dosa yang telah kita lakukan.
Dibandingkan dengan kita berbuat baik tetapi setelah kita melakukan kebaikan itu kita salah dalam menyikapi hal tersebut yang malah membuat kita menjadi muncul sifat sombong, lebih baik dari orang lain. Padahal perilaku taat kepada Allah adalah berasal dari Allah yang memberikannya. Jadi jika dari ketaatan kita beribadah dan berbuat baik malah membuat diri kita menjadi sombong dan besar diri berarti ada yang salah dengan niat kita berbuat buat baik dan beribadah kepada Allah, boleh jadi niat kita telah melenceng dari yang awalnya ingin mendapat kebaikan dari Allah kemudian malah menjadi ingin dinilai baik oleh orang lain.
Dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shalllallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (Hasan: HR. Ahmad (III/198); at-Tirmidzi (no. 2499); Ibnu Majah (no. 4251) dan al-Hakim (IV/244).
Adakalanya seseorang bisa tergelincir berbuat dosa, tetapi tidak sedikit orang yang setelah melakukan perbuatan dosa justru berubah menjadi orang yang taat beribadah dan mengikuti perintah Allah ta’ala. Dosa yang telah dilakukan mungkin banyak, tetapi boleh jadi taubatnya kepada Allah lebih besar dari dosa-dosa yang pernah diperbuatnya. Begitupun dengan orang yang senantiasa beribadah dan taat kepada Allah, adakalanya dia merasa hanya dirinya yang paling taat kepada Allah, merasa diri paling ahli ibadah, merasa diri paling benar dalam beribadah.
Ini membuktikan bahwasannya perkara hidayah hanyalah milik dan kehendak Allah, penilaian manusia yang paling benar dan terpercaya hanyalah penilaian dari Allah Ta’ala. Oleh karena itu kebaikan atau ilmu agama yang kita miliki saat ini harus kita pikirkan dan pertimbangkan dengan baik, jangan sampai dengan kebaikan dan ilmu agama yang kita miliki saat ini malah menjadikan kita merasa sudah baik dan paling benar. Karena tidak menutup kemungkinan dari kebaikan dan pengetahuan yang kita miliki saat ini kemudian Allah ambil dari diri kita karena dengan hal tersebut bukannya menjadikan kita semakin taat, tetapi malah menjadikan kita manusia yang sombong. Harusnya dengan kebaikan yang telah kita lakukan membuat kita bertindak untuk mengajak orang lain agar melakukan kebaikan juga.