Tentang Azan dan Iqamah
Orang mukmin diimbau untuk berdoa kepada Allah Ta’ala sebelum atau setelah salat. Dalam sebuah hadis disebutkan doa antara azan dan iqamat adalah doa yang tidak akan tertolak. Rasulullah saw bersabda, “Doa yang diucapkan antara azan dan iqamah tidak ditolak oleh Allah.” (HR. Ahmad).
Azan artinya i’lam, yakni pemberitahuan akan masuk waktu salat fardhu. Sedangkan iqamat artinya bahwa salat akan segera didirikan atau dilaksanakan. Pada zaman Nabi apabila azan salat dikumandangkan, orang kafir menjadikannya sebagai bahan ejekan dan permainan.
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ هَلْ تَنْقِمُوْنَ مِنَّآ اِلَّآ اَنْ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلُ ۙ وَاَنَّ اَكْثَرَكُمْ فٰسِقُوْنَ ﴿المائدة : ۵۹
Artinya: “Katakanlah, ‘Wahai Ahli Kitab! Apakah kamu memandang kami salah, hanya karena kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya? Sungguh, kebanyakan dari kamu adalah orang-orang yang fasik.’” (QS. Al-Maidah [5]: 59).
Panggilan Khas Salat
Mengenai sejarah azan, Ibnu Umar bercerita ketika kaum muslimin datang ke Madinah, mereka pun berkumpul. Lalu mereka menentukan waktu salat sedang belum ada panggilan untuk salat. Suatu hari mereka memperbincangkannya, sebagian dari mereka berkata ambillah lonceng-lonceng gereja orang-orang Nasrani. Sebagian mereka berkata juga ambil saja seperti terompet orang-orang Yahudi. Umar berkata, “Apakah kalian tidak mengutus seorang laki-laki yang memanggil untuk salat,” maka Rasulullah bersabda, “Wahai Bilal berdirilah, panggilan azan untuk salat.” (HR. Bukhari).
Pada hadis lain diceritakan Anas bin Malik berkata, pada waktu orang-orang muslim sudah banyak, mereka mengusulkan supaya mengetahui waktu salat telah tiba. Ada yang mengusulkan dengan menyalakan api atau membunyikan lonceng seperti orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Maka Bilal disuruh untuk menggenapkan dua kali azan dan menggasalkan satu kali iqamat kecuali lafal iqamah, qad qamatisshalah. (HR. Bukhari).
Muadzin Zaman Nabi
Pada akhirnya azan seperti yang kita kenal saat ini adalah azan yang dikumandangkan oleh kaum muslimin pada zaman Nabi. Adalah Bilal bin Rabah dan Abdullah bin Ummi Maktum dua orang sahabat nabi yang menjadi muadzin karena suaranya keras dan indah. Bilal merupakan mantan budak Umayyah bin Khalaf. Karena kondisinya tersebut, saat Bilal menjadi seorang muslim ia sering sekali mendapat perlakuan diskriminatif dan penyiksaan, terutama dari majikannya. Pernah suatu ketika ia sampai disiksa dengan ditindih batu dan dipanggang di bawah terik matahari dan berbaring di atas padang pasir. Oleh karenanya kemudian beliau dimerdekakan oleh Abu Bakar As-Shiddiq.
Ada pun Abdullah bin Ummi Maktum adalah seorang buta yang pernah menjadi asbab turunnya salah satu surah Al-Quran yakni Surah Abasa`. Sebagai peringatan terhadap Nabi yang bermuka masam terhadap seorang buta yang ingin mengenal Islam, dan Nabi lebih suka berdakwah terhadap pembesar Quraisy. (Gian)