Rasulullah yang Rendah Hati
Saudaraku, kerendahan hati Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam acap kali terlihat pada ketidaksukaannya pada penghormatan yang diperlihatkan oleh para sahabat. Sering kali para sahabat berdiri untuk menyambut kedatangan beliau. Nabi Muhammad tidak berkenan diperlakukan layaknya para raja.
Rasulullah adalah pemimpin umat yang tidak pilih-pilih memenuhi undangan. Dari siapa pun undangan datang, baik dari tokoh masyarakat maupun dari orang yang biasa saja beliau akan dengan senang hati mendatanginya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Kalau aku diundang atau diajak makan kaki kambing, maka aku datang. Dan, jika dihadiahkan kepadaku kaki kambing, maka aku terima.” (HR. Bukhari).
Rasulullah juga tidak berkenan dipanggil dengan sebutan-sebutan yang berlebihan sebagaimana para raja atau kaisar disebut dan digelari. Anas bin Malik berkata, “Ada beberapa orang memanggil Rasulullah dengan panggilan, ‘Wahai Rasulullah orang yang terbaik, dan anak orang yang terbaik di antara kami. Wahai junjungan kami dan anak dari junjungan kami.’
Rasulullah tampak kurang berkenan kemudian bersabda, ‘Wahai sekalian manusia, katakanlah sewajarnya saja! Jangan sampai kamu digelincirkan setan. Aku adalah Muhammad hamba Allah dan rasul-Nya. Aku tidak sudi kalian angkat di atas kedudukan yang dianugerahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepadaku.’” (HR. an-Nasa’i).
Pernah juga ada sebagian orang yang meyakini Rasulullah memiliki kemampuan mengetahui ilmu gaib. Atau punya kemampuan untuk mendatangkan manfaat, menjatuhkan madharat, mengabulkan segala permintaan, juga menyembuhkan segala penyakit dan berbagai penilaian berlebihan lainnya. Mengetahui hal ini Rasulullah pun menyampaikan firman Allah:
قُلْ لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ نَفْعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗوَلَوْ كُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ ۛ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوْۤءُ ۛاِنْ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ ࣖ ﴿الأعراف : ۱۸۸﴾
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), ‘Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudharat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang gaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Aku hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’” (QS. al-A’raf [7]: 188).
Nabi Muhammad sangat memahami bahwa orang-orang yang memberikan berbagai gelar itu bermaksud menghormatinya. Akan tetapi beliau menolak sesuatu yang melampaui batas. Rasulullah juga menguatkan hal ini dengan bersabda, “Janganlah kalian menjunjung aku seperti halnya orang-orang nasrani mengkultuskan Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah bahwa aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya.” (HR. Abu Daud).
Saudaraku, sungguh agung pribadi Rasulullah. Beliau yang memiliki derajat sedemikian tinggi di hadapan Allah, diangkat oleh Allah sebagai kekasihnya, penyempurna risalah Islam di dunia. Akan tetapi beliau memiliki ketawaduan yang begitu dalam dan indah. Allahumma shalli ‘ala Muhammad. (KH. Abdullah Gymnastiar)