Muslim dan Inovasi
Perubahan itu keniscayaan. Di dunia ini tidak ada sesuatu apa pun yang tidak berubah. Satu-satunya yang tetap adalah perubahan itu sendiri.
Oleh karena itu, siapa pun yang tidak menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan, maka akan tergilas oleh arus perubahan. Jelaslah yang dimaksud dengan ungkapan bahwa orang yang hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang rugi. Karena berarti tak ada kemajuan dan tertinggal oleh perubahan.
Sedangkan orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dianggap orang yang celaka. Karena berarti akan tertinggal jauh dan sulit mengejar. Satu-satunya pilihan bagi orang yang beruntung adalah hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Artinya harus ada peningkatan sesuatu yang bermanfaat. Inilah sikap perubahan yang diharapkan selalu terjadi pada seorang mukmin sehingga tidak tertinggal oleh harus zaman.
Seorang muslim harus senantiasa mengantisipasi terhadap segala perubahan. Dan selalu siap menyikapi perubahan. Seperti perubahan pada tata cara orang berkomunikasi saat ini.
Betapa kita sangat merasakan cepatnya perubahan yang sedang berlangsung, terutama pada aspek sarana telekomunikasi. Semakin hari teknologi dalam ponsel semakin canggih. Baru muncul satu produk, sudah disusul kemunculan produk baru yang lebih canggih.
Sebuah merek ponsel akan semakin dipercaya penggunanya disebabkan inovasi yang terus dilakukan. Perbaikan demi perbaikan semakin melengkapi produk sebelumnya. Demi memenuhi kebutuhan pengguna.
Demikianlah diri kita pun perlu dilatih untuk terus tumbuh dan berkembang. Bertambah ilmu, wawasan dan kemampuan. Meningkatkan kualitas diri, tidak berlama-lama betah dalam level yang sudah tercapai. Karena ciri seorang mukmin adalah semakin bertambah hari semakin baik kualitas dirinya.
Dalam dunia pendidikan pun demikian. Dibutuhkan inovasi-inovasi untuk menjawab perkembangan zaman. Apalagi kalau kita mengingat bahwa anak-anak kita akan berhadapan dengan zaman yang tentu berbeda. Keadaannya akan jauh berbeda dengan keadaan zaman orang tua mereka.
Sekolah yang melakukan inovasi dalam kegiatan belajar mengajarnya demi membentuk anak didik yang memiliki imtaq (iman dan taqwa) serta iptek, tentunya akan mendapatkan kepercayaan dari para orangtua. Mereka akan tenang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah tersebut.
Dalam sejarah perjuangan Nabi Muhammad bersama para sahabat, tentu kita ingat pada peristiwa Perang Khandaq. Perang ini adalah perang antara koalisi kaum kafir Quraisy, Yahudi, dan kabilah lainnya berhadapan dengan kaum muslimin. Menurut Ibnu Ishaq disebutkan bahwa kekuatan pasukan koalisi sebesar sepuluh ribu pasukan. Sedangkan kekuatan kaum muslimin hanya tiga ribuan pasukan.
Untuk menyambut kedatangan pasukan musuh ke Madinah, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam bersama para sahabat bermusyawarah. Hal yang dibicarakan mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menghadapi mereka. Pada musyawarah tersebut muncullah Salman al-Farisi untuk memberikan usulan. Satu gagasan yang sangat brilian yakni menggali parit di utara Kota Madinah yang akan menghalau kedatangan pasukan musuh.
Perang ini akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin. Allah Ta’ala mengabadikan kisah perang yang cerdas ini di dalam Surah al-Ahzab. Gagasan sahabat Salman al-Farisi adalah bentuk dari inovasi teknik perang. Inovasi yang datang dari proses pembacaan, pemikiran dan pengalaman.
Penggunaan parit sebagai taktik perang ini merupakan hal baru kala itu di kawasan Arab yang tercatat dalam sejarah. Ini menunjukkan kaum muslimin adalah kaum yang kreatif dan inovatif semenjak dahulu. Umat yang dalam sejarahnya sangat akrab dengan ilmu pengetahuan. (KH. Abdullah Gymnastiar)