Waktu Terbaik Seorang Hamba
Sebaik-baiknya masa dalam hidup adalah ketika kita merasa sangat membutuhkan Allah. Ketika kita merasa tidak berdaya, tidak berarti apa-apa. Sesungguhnya, itulah saat terbaik seorang hamba.
Maka, jika ada yang bertanya, apakah rezeki yang paling besar? Jawabannya adalah saat kita diberikan taufik, menjadi orang yang merasa tidak berdaya di mata Allah. Orang seperti ini merasa segala ilmu, pengalaman, kemuliaan yang boleh jadi didapatkannya, tidak berarti apa-apa di sisi Allah. Adanya hanyalah rasa malu kepada Allah.
Sebaliknya, ketika kita merasa bisa, merasa mampu. Menganggap diri memiliki ilmu, pengalaman, amal saleh, maka itulah hijab yang membuat kita terhalang dari pertolongan Allah. Karenanya, saat paling mustajabnya doa adalah ketika kita mengaku tidak berdaya apa-apa, hina, kotor, bahkan merasa tidak mempunyai kebaikan sedikit pun yang bisa dipersembahkan kepada Allah. Sekaligus, ia juga mengakui karunia Allah yang sangat besar, banyak, idtak terhitung yang senantiasa dilimpahkan kepadanya. Sejatinya, pada waktu seperti itulah saat terbaik seorang manusia.
Jika merasa diri memiliki semuanya, Allah akan memberikan “bonus” yang merusak dirinya. Pertama, akan dicabut ketenangan hati dari diri. Selalu resah dan gelisah. Tidak pernah tenang menghadapi apa pun. Bagaimanakah orang seperti ini menikmati hidupnya?
“Bonus” kedua, setiap menghadapi suatu masalah, akan berbuah masalah baru, atau masalah lainnya yang juga pelik. Segala upaya yang dikerahkan untuk menyelesaikan masalah tidak berhasil, karena tidak dituntun Allah. Sungguh menyedihkan orang seperti ini, hidupnya tidak pernah tenang karena tidak bisa menyelesaikan masalahnya.
Jadi, jika ingin menikmati hidup bahagia, belajarlah terus merendahkan diri di hadapan Allah. Merasa diri tidak memiliki apa pun. Semuanya hanya titipan yang sewaktu-waktu bisa serta merta diambil Allah. Termasuk juga harus merasa diri ini hina. Karena banyak melakukan dosa dan tidak memiliki amal saleh, sehingga senantiasa menjadi motivasi untuk terus beramal terbaik. Itulah, saat terbaik seorang hamba yang sangat disukai Allah. Kalau sudah demikian, pasti tersingkap hijab seorang hamba dan Allah. Niscaya hanya kebahagiaan hidup yang dirasakannya.
Semoga kita dimampukan Allah menjadi orang yang senantiasa malu, merunduk kepada Allah. Sangat malu, tidak ada apa-apanya diri ini. Karena, tidaklah ada orang yang merendahkan diri dan hatinya, kecuali diangkat derajatnya oleh Allah. Insya Allah. (KH. Abdullah Gymnastiar)