Mengingat dengan Asma-Nya

Mengingat Allah dengan sepenuh hati atau dzikrul qalb memang alangkah baiknya. Akan tetapi sekiranya belum mampu kita lakukan, dzikrul lisan atau mengingat Allah dengan ucapan pun tidak mengapa. Mudah-mudahan jika lisan kita terbiasa dan sering berzikir, suatu ketika Allah akan mengaruniakan kemampuan untuk berzikir dengan sepenuh hati.

Tentu saja banyak sekali hikmah dzikrul lisan ini, seperti hadirnya ketenangan batin dan sebab datangnya pertolongan Allah Ta’ala. Ini bisa kita dapatkan sekiranya kita termasuk orang yang bersungguh-sungguh mengingat-Nya.

Zikir melalui asma-asma Allah misalnya yakni Asmaul Husna. Nama-nama Allah yang agung yang disebutkan dalam al-Quran. Kalimat-kalimat agung seperti Ya Halim, Ya ‘Alim, Ya ‘Aliyyu, Ya ‘Azhim adalah sebagian dari Ismullahi al-A’zham. Yang mana sekiranya kita menyertakannya dalam setiap doa yang kita panjatkan, insya Allah menambah kuat alasan diijabahnya doa tersebut.

Kita zikirkan nama-nama Allah Yang Agung itu berulang-ulang seraya diresapi dan diakui dengan sepenuh hati. Betapa Allah Azza wa Jalla adalah satu-satunya Dzat yang memiliki nama-nama tersebut. Dengan mengingat dan zikirkan asma Allah setiap waktu, kita akan semakin merasakan kedekatan dengan-Nya dan menikmati kelezatan kasih sayang-Nya. Allah akan senantiasa menurunkan keterangan ke dalam kalbu dan mengeluarkan diri kita dari segala persoalan yang tengah melanda.

Coba kita resapi beberapa asma Allah Yang Agung itu. Ya Halim itu artinya Wahai Dzat Yang Maha Penyantun. Seujung jarum yang tebersit dalam hati kita, ketahuilah saudaraku Allah pasti mengetahuinya. Apalagi segala yang ada di jagat semesta ini. Allah yang Mahakuasa dan amat mengetahui apa yang ada di dalam kalbu ini, bahkan yang akan menyelinap ke dalamnya.

Semua kebutuhan maupun kesulitan kita mutlak Allah telah mengetahuinya dengan cermat. Jika seseorang sudah disantuni oleh Allah Ta’ala, maka apalagi yang mesti dirisaukan dalam hidupnya di dunia ini? Anak-anak yatim dan piatu yang disantuni oleh sesama manusia saja ternyata telah tercukupi kebutuhannya. Apalagi Allah yang Mahakaya menyantuni kita. Sekiranya kalbu kita yakin seyakin-yakinnya bahwa Dia yang Mahaperkasa dapat menyantuni kita, niscaya kita pun akan tercukupkan oleh santunan-Nya.

Lalu Ya ‘Alim itu maknanya Wahai Dzat Yang Maha Mengetahui. Apabila kita sedang ditimpa satu persoalan yakinilah saudaraku, bahwa Allah sudah tahu persis persoalannya sekaligus jalan keluarnya. Allah Mahatahu jalan yang terbaik untuk kita. Dia Mahatahu baik buruknya keinginan kita. Allah pun Mahatahu segala yang dapat menyelamatkan dan mencelakakan kita. Mutlaklah Allah yang Mahatahu segala-galanya; yang total sempurna pengetahuannya. Tidak ada celah yang tidak Dia ketahui.

Kemudian Ya ‘Aliyyu yang artinya Wahai Dzat Yang Mahatinggi. Allah Mahasuci dari perbuatan yang remeh dan rendah. Segala perbuatan-Nya pastilah mencerminkan Kemahaagungannya. Tingginya Allah itu Laisa Kamitslihi Sya’iun; bukan seperti tingginya manusia. Jelas pasti tidak sama apa yang disifatkan kepada manusia dan apa yang disifatkan kepada Allah. Dia Mahasempurna segala-galanya.

Ya ‘Azhim artinya wahai Dzat Yang Mahaagung. Tidak mungkin Allah melakukan perbuatan yang culas, licik, dan rendah. Dia senantiasa Mahasempurna perbuatan-Nya. Bukankah Kemahasempurnaan dan Kemahaagungannya itu tampak jelas pada jagat raya ini. Alam semesta yang teramat dahsyat. Yang tidak akan pernah selesai digali kehebatannya. Adakah manusia atau jin atau siapa saja makhluk yang mampu menyamai kedahsyatan ciptaan-Nya?

Sebutlah senantiasa nama-Nya yang agung dengan kalbu yang khusyuk. Bahkan pun hanya dengan lisan. Mudah-mudahan Allah melimpahkan ketenangan ke dalam batin ini dan mengaruniakan kemudahan atas segala urusan yang sedang kita hadapi. Demi Allah! Dialah Dzat yang mampu membolak-balikkan hati. Sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk menggantikan hati yang resah dan gelisah menjadi hati yang tenang, tenteram, dan sejuk. (KH. Abdullah Gymnastiar)