Berzikir, Berpikir, dan Berikhtiar

Allah Ta’ala memberikan kelebihan kepada manusia dibanding makhluk lainnya. Keistimewaan tersebut berupa akal pikiran yang membuat manusia mampu berpikir, mengembangkan potensi diri, dan mengelola bumi beserta isinya. Hal ini membuat manusia bisa bekerja, berkarya, melahirkan berbagai macam inovasi, dan lain sebagainya.

Akan tetapi, dengan keistimewaan itu pula manusia bisa merusak, menimbulkan kekacauan di muka bumi, dan tindakan negatif lainnya. Inilah yang sempat para malaikat tanyakan kepada Allah Ta’la saat episode penciptaan Nabi Adam ‘alaihissalam. Allah ‘azza wa jalla berfirman:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَ ۚ

وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ﴿البقرة : ۳۰

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? Dia berfirman, Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. al-Baqarah [2]: 30).

Inilah yang akan terjadi manakala manusia berpikir dan bekerja namun lalai dalam berzikir. Seorang pedagang yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan terlalu sibuk mengejar keuntungan tanpa mengiringinya dengan zikir, maka akan sangat mudah terjerumus ke dalam riba. Selain itu juga mudah tergoda dengan perbuatan curang lainnya seperti mengurangi timbangan atau memanipulasi barang dagangan. Jika sudah terlilit dengan berbagai kecurangan, maka keberkahan dari perniagaan itu akan semakin jauh dan ketenteraman akan sulit didapatkan.

Begitu pula dengan orang-orang yang bekerja di bidang kreatif namun lupa dalam mengingat Allah. Mereka berjuang keras mencari ide dan inspirasi sampai-sampai lupa siapa yang memberi inspirasi. Ada yang sambil menyalakan musik keras, ada yang berkilah tak bisa berpikir kalau tidak sambil merokok, dan berbagai kondisi negatif lainnya. Padahal siapakah yang menciptakan akal dan hati manusia? Siapakah yang kuasa memberi kekuatan manusia untuk berpikir dan merasa? Semuanya adalah kuasa dari Allah Ta’ala.

Oleh karena itu penting sekali mengiringi setiap kegiatan baik berpikir atau bekerja dengan berzikir. Supaya apa yang kita pikirkan dan kita ucapkan, lalu kita kerjakan selalu mendapat bimbingan dari Allah Ta’ala. Apa yang kita hasilkan senantiasa bernilai, bermanfaat, dan penuh berkah. Allah SWT berfirman:

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِ ۙ ﴿آل عمران : ۱۹۰
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۚ

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿آل عمران : ۱۹۱

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.’” (QS. Ali ‘Imran [3]: 190-191).

Orang beriman senantiasa memadukan aktivitas berpikir dan bekerja dengan berzikir kepada Allah. Semua ini baginya adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Semakin banyak yang ia pikirkan dan ia kerjakan, semakin yakin dia kepada Allah karena mengiringinya dengan zikir. Maka berzikir, berpikir, dan berikhtiar merupakan satu tali temali yang berkait, yang harus selalu dipegang oleh semua umat Islam. (KH. Abdullah Gymnastiar)