Gambaran Masyarakat Arab Jahiliyah (Bagian 3)
Kondisi sosial dalam pembahasan tulisan sebelumnya berimbas kepada kondisi ekonomi di Jazirah Arab. Hal ini diperjelas dengan cara dan gaya hidup bangsa Arab, di mana berniaga merupakan sarana terbesar mereka dalam menggapai kebutuhan hidup. Tetapi perniagaan tidak akan stabil kecuali bila keamanan dan perdamaian terjaga. Kedua situasi tersebut lenyap dari Jazirah Arab kecuali pada bulan-bulan haram saja. Dalam bulan-bulan inilah pasar-pasar Arab terkenal seperti Ukazh, Dzul Majas, Majinnah, dan lainnya beroperasi.
Kondisi Ekonomi
Dalam kegiatan industri mereka termasuk bangsa yang amat jauh jangkauannya dari hal tersebut. Tetapi sebagian besar hasil perindustrian yang ada di kalangan bangsa Arab hanyalah berupa tenunan dan samak kulit binatang. Kegiatan ini ada di masyarakat Yaman, Hirah, dan pinggiran Syam. Benar, di kawasan domestik jazirah ada sedikit hasil bercocok tanam, membajak sawah, dan beternak kambing, sapi, serta unta.
Kaum perempuan rata-rata menekuni seni memintal. Namun barang-barang tersebut sewaktu-waktu dapat menjadi sasaran peperangan. Kemiskinan, kelaparan, serta kehidupan papa menyelimuti masyarakat.
Kondisi Moral
Kita sudah mafhum bahwa masyarakat jahiliyah identik dengan kehidupan nista, pelacuran, dan lain-lain yang tidak dapat diterima oleh akal sehat dan ditolak sepenuhnya oleh perasaan manusia. Tetapi di samping itu, mereka juga mempunyai akhlak terpuji yang amat menawan. Di antaranya sebagai berikut.
Menepati janji. Dalam tradisi mereka janji laksana agama yang harus dipegang teguh. Meskipun untuk menunaikannya mereka harus membunuh anak-anak atau menghancurkan tempat tinggal mereka sendiri. Untuk mengetahui hal itu cukup dengan membaca kisah Hani’ bin Mas’ud asy-Syaibani, as-Samu’al bin Adiya, dan Hajib bin Zurarah at-Tamimi.
Pentang dilecehkan. Implikasi pada sifat ini adalah tumbuhnya pada diri mereka keberanian yang amat berlebihan, cemburu buta, dan cepatnya emosi meluap-luap. Bangsa Arab adalah orang-orang yang tidak akan pernah mau mendengar ucapan yang mereka cium berbau penghinaan dan pelecehan. Dan apabila hal itu sampai terjadi, tak segan-segan mereka akan menghunus pedang dan mengacungkan tombak, serta mengobarkan peperangan yang panjang. Tidak peduli hilangnya nyawa menjadi taruhan demi mempertahankan sifat tersebut.
Tekad yang tak pernah pudar. Bila mereka sudah bertekad untuk melakukan sesuatu yang mereka anggap satu kemuliaan dan kebanggaan, maka tak ada satu pun yang dapat menyurutkan tekad mereka tersebut. Mereka akan menerjang bahaya demi hal itu.
Gaya hidup rukun dan polos. Gaya hidup semacam ini adalah milik orang-orang Arab Badui. Di mana mereka belum terkontaminasi oleh kotoran peradaban dan tipu dayanya. Implikasi dari gaya hidup semacam ini adalah timbulnya sifat jujur amanah serta anti tipu-menipu di antara sesama. Kita melihat bahwa tertanamnya akhlak yang amat berharga ini, di samping letak geografis Jazirah Arab di mata dunia adalah sebagai sebab utama terpilihnya mereka untuk mengemban risalah. Ini juga yang menjadikan mereka di kemudian hari memimpin masyarakat dunia berabad lamanya.
Tetapi akibat akhlak ini pula, sebagian timbul kejahatan dan peristiwa yang tragis. Namun sebenarnya akhlak yang dimiliki bangsa Arab itu amat berharga. Tampaknya akhlak yang paling berharga dan amat bermanfaat menurut mereka setelah sifat menepati janji, sifat kebanggaan pada diri, dan tekad pantang surut. Hal demikian, karena tidak mungkin dapat mengikis kejahatan dan kerusakan yang ada serta menciptakan sistem penuh dengan keadilan dan kebaikan kecuali dengan kekuatan dengan daya gempur dan tekad membaja.
Selain sifat-sifat tersebut, mereka juga memiliki sifat-sifat mulia lainnya. Namun kiranya hanya beberapa sifat dan akhlak yang secara garis besar dapat dituliskan. (Gian)