Membudayakan Disiplin

Jika berbicara tentang Daarut Tauhiid (DT), kiranya kita akan tertuju kepada sosok KH. Abdullah Gymnastiar. Aa Gym sapaan akrabnya menjadikan DT bukan sekadar tempat untuk mencari ilmu agama, melainkan juga membudayakan sikap dan perilaku disiplin. Karena menurut Aa Gym, disiplin merupakan salah satu cara agar Islam kembali jaya melalui slogan “Generasi berakhlakul karimah”.

Disiplin harus menjadi bagian dari diri. Mengkristal sebagai prinsip hidup dan bukti komitmen ketaatan kepada Allah SWT. Aturan yang dibuat hanya sebatas sistem yang dibangun, sedangkan esensi taat bukan kepada aturan tapi kepada nilai-nilai yang tertanam di dalam hati, yakni keyakinan adanya Maha Pembuat Aturan, Pemberi Nikmat dan yang akan memberikan balasan atas setiap perbuatan.

Oleh karena itu, jika aturan atau disiplin tidak ada, maka yang dimunculkan adalah “rasa” kebaikan (takwa). Takut hanya kepada Allah dengan menaati aturan-Nya. Dengan kata lain taat kepada aturan merupakan bagian taat kepada Allah SWT.

Orang bisa disiplin jika ada motivasi dalam dirinya. Yakni di balik kedisiplinannya ada “sesuatu” yang mungkin hanya dirinya saja yang tahu. Jadi tidak semata-mata karena adanya aturan yang ketat, ancaman, atau imbalan-imbalan. Namun karena adanya komitmen dalam hati tentang prinsip-prinsip yang diyakini, seperti meyakini bahwa disiplin merupakan salah satu perbuatan yang disukai Allah SWT.

Perilaku Bertanggung Jawab

Disiplin juga merupakan cerminan dari orang yang bertanggung jawab. Mengapa? Karena akibat tidak disiplin, maka ada resiko yang harus ditanggung. Bahkan harus siap dan mau disalahkan dituntut. Belum lagi dampak negatif lainnya, seperti kerugian waktu, tenaga, biaya, nama baik, dan lain sebagainya. Tidak bisa dipungkiri salah satu cara mengantisipasi kesalahan dan kerugian adalah dengan perilaku disiplin.

Orang disiplin adalah orang yang mampu mengelola waktu dengan optimal. Mampu memilah hal apa saja yang menjadi prioritas dalam mengisi hidupnya. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam urusan dunia tapi tetap berorientasi akhirat, dengan harapan saat meninggalkan dunia dalam akhir yang baik.

Disiplin akan bernilai ibadah jika dilakukan hanya karena Allah. Dalam hal inilah keutamaan dan manfaat disiplin dirasakan karena mampu menumbuhkan nilai positif dan produktif dalam setiap manusia. Motivasi yang bersumber dari “rasa” kebaikan berupa titipan Allah yakni “rasa” sabar, yang berbuah istiqamah/konsisten (terus-menerus melakukan kebaikan).

Jika seorang hamba terus-menerus dan bersungguh-sungguh memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadahnya, insya Allah “cahaya” Allah akan masuk ke dalam hatinya. Berdampak  tajamnya “rasa” kebaikan (takwa), sehingga mendapatkan petunjuk menjadi hamba yang bernilai positif dan produktif. Salah satunya menjadi pribadi disiplin.

Firman Allah SWT mengenai hikmah disiplin, “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. al-Insyirah [94]: 7-8).

Oleh karena itu, bagi seorang muslim bersikap dan bertindak disiplin terhadap pekerjaan menjadi penting, karena kesibukan dan amanah lain sudah menanti. Saat selesai fokus untuk satu keperluan, maka segeralah menunaikan amanah lain. Ini karena kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia. (Eko)