Memperbaiki Akhlak, Meneladani Nabi Muhammad
Pernahkah kita merasa kagum melihat orang yang begitu mulia akhlaknya? Ketika bertemu, begitu tulus senyumnya. Saat berada di dekat dengannya, sangat nyaman hati ini karena luhur budi pekerti dan tutur kata yang terucap. Amanah jasad dan ruh yang Allah ciptakan, ia gunakan dengan begitu sempurna untuk beribadah dan ikhlas membantu sesama.
Lalu, kita berpikir bagaimana dengan gambaran akhlak pada diri ini? Sangat mudah tersulut emosi, hal kecil dibesar-besarkan, bahkan hitung-hitungan dengan kebaikan yang sudah dilakukan. Cita-cita ingin Allah hadiahkan surga, namun ketika melihat hati dan amal rasanya sangat jauh sekali untuk mencapai derajat tersebut.
Melihat manusia biasa berakhlak mulia, kita begitu terpesona. Bagaimana dengan manusia sempurna berakhlak al-Quran, Rasulullah saw? Sampai Allah mengutus beliau untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan rahmatan lil ‘alamin.
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.” (HR. Ahmad dan Bukhari).
Kunci memiliki akhlak mulia dapat kita raih dengan hati yang ikhlas, semata-mata hanya berharap pada Allah SWT. Orang yang orientasinya hanya rida Allah, dia akan menjalani kehidupan terbaik, sebagaimana ia menginginkan kematian yang baik. Karena kematian yang baik akan diraih jika kita selalu berpikiran, berhati, berkata, beramal, dan berakhlak yang baik.
Kita mengaku mencintai Rasulullah dan menginginkan berjumpa dengan beliau. Tapi untuk mengikuti apa yang beliau contohkan, mengapa kita belum bersungguh-sungguh untuk meraih itu? Mengapa kita masih mendahulukan hawa nafsu dengan memilih berakhlak mulia pada orang yang baik pada kita saja?
Rasulullah tidak pilih-pilih. Walaupun beliau dizalimi, disakiti, tetapi beliau tidak meminta Allah menurunkan azab. Bahkan Rasulullah berhusnudzan, suatu hari nanti dari keturunan mereka akan terlahir orang-orang yang beriman. Itulah keteladanan Rasulullah, akhlak mulia yang paling beliau cintai.
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.” (HR. Tirmidzi).
Kita banggakan amalan wajib dan sunnah, sampai merasa amalan tersebut akan memasukkan kita ke surga. Namun ketika berkaca pada akhlak, rasanya surga itu belum dekat. Rasanya, kita lebih mudah tahajud dan saum sunnah dibanding berakhlak mulia. Iya, karena ibadah dengan akhlak mulia lebih sulit daripada ibadah yang langsung kita lakukan kepada Allah.
Berakhlak mulia, bukan hanya kita usahakan dengan ikhtiar. Tapi, kita juga harus meminta kepada Allah agar meneguhkan keimanan kita, memperbaiki akhlak kita. Kita bisa berdoa dengan salah satu doa yang Rasulullah panjatkan:
,أَللَّهُمَّ اهْدِنِيْ لِأَحْسَنِ الأَخْلَاقِ, فَإِنَّهُ لَا يَهْدِيْ لِأَحْسَنِهَا إِلَّاأَنْتَ
وَاصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَالَايَصْرِفُ عَنِّيْ سَيِّئَهَاإِلَّاأَنْتَ
Artinya: “Ya Allah, tunjukkanlah aku pada akhlak yang paling baik, karena tidak ada yang bisa menunjukkannya selain Engkau. Ya Allah, jauhkanlah aku dari akhlak yang tidak baik, karena tidak ada yang mampu menjauhkannya dariku selain Engkau.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi).
Masya Allah, sahabat. Yuk, semangat memperbaiki akhlak dan menjadi teladan. Semoga kita menjadi pribadi yang berakhlak mulia, yang tulus ikhlas beribadah karena mengharap rida Allah semata. Semoga Allah karuniakan kehidupan yang baik dan kematian yang baik. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin. (Alma)
ket: ilustrasi foto diambil saat sebelum pandemi