Sikap Diri Kala Diuji
Banyak ujian yang menimpa kita biasanya berupa rasa tidak aman. Yakni ketika Allah beri ujian dengan hal-hal menakutkan. Namun jika kita lebih cermati, setiap kejadian atau ujian dari Allah itu pasti tidak berbahaya. Pasti bisa kita atasi, asalkan Allah berikan rasa aman kepada diri kita.
Oleh karena itu, perlu kita renungi apa yang dilakukan setiap hari. Jangan sampai kita merasa diri ini aman-aman saja dengan apa yang dilakukan. Pun dengan pujian. harus lebih hati-hati dengan hal tersebut. Jangan sibuk dengan pujian.
Semua dalam Kekuasaan Allah
Kita terlalu fokus kepada yang ditakuti dan masalah yang menimpa. Padahal semua yang kita takuti dan terjadi itu hanya ada dalam kekuasan Allah, termasuk semua yang mengancam kita. Semua ciptaan-Nya ada dalam kekuasaan Allah Ta’ala, sehingga tidak ada satu pun mudharat yang akan menimpa kecuali dengan ijin Allah. Hanya yakin kepada Alla SWT, serta senantiasa berzikir.
حسبن الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير
Artinya: “Cukuplah Allah sebagai tempat diri bagi kami, sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong kami.”
Cara terbaik adalah tanyakan kepada hati masing-masing. Kita harus lebih condong dengan kebaikan. Jika kita condong, maka akan melakukannya karena Allah. Hanya kita yang bisa mengendalikan nafsu dalam diri, dan selalulah beribadah karena Allah.
Setengah dari tanda kita menuruti hawa nafsu ialah cekatan mengerjakan yang sunnah, tetapi malas mengerjakan yang wajib. Kita lebih cenderung mengerjakan sesuatu bukan karena ingin dekat dengan Allah Ta’ala, tapi ada keinginan duniawi yang diraih. Padahal, mengabaikan yang wajib itu dosa.
Kita ini sering tertipu oleh amalan lahirnya. Padahal, hati adalah ruh, sehingga jasad tanpa ruh pasti mati. Amalan lahir itu baik, tapi harus disertai dengan upaya keras membersihkan hati. Karena yang Allah lihat adalah hati dan amal kita.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِـنْ يَنْظُرُ إِلَى قُــــلُوبِكُمْ وَأَعْمَــالِكُمْ
Artinya: “Sungguh Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, melainkan melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).
Kita harus senantiasa membersihkan hati ini, sehingga tidak ada amal yang salah. Jika ruh saja tanpa jasad, maka tidak bisa disebut manusia. Sama halnya, jika kita ikhlas tapi tidak beramal, tidak bisa dan tidak ada. Kita harus memiliki keduanya. Tapi yang paling utama adalah hatinya untuk menyempurnakan amalan lahir.
Untuk menghadapi berbagai ujian tersebut, ada beberapa sikap yang harus dilakukan seorang mukmin. Pertama, tetap merasa yakin atau optimistis akan pertolongan Allah. Kedua, segera mengucapkan innaa lillaahi wainnaa ilaihi rajiuun setiap kali mendapat musibah. Sikap selanjutnya adalah bertawakal kepada Allah. (Eko)