Tubuh Amanah Allah

Manusia sebagai makhluk sosial akan terus berinteraksi dengan lingkungannya. Berinteraksi dengan sesama manusia, berinteraksi dengan alam, dan tentu saja berinteraksi dengan Allah Ta’ala sebagai Rabb. Maka kita harus memastikan interaksi kita yang banyak itu dan terjadi setiap hari bisa menjadi pahala dan membawa kebaikan.

Salah satu interaksi termudah untuk mendapat pahala dan selalu membawa kebaikan adalah mengingat Allah; zikrullah. Dengan berdzikir kita sedang menghubungkan diri kita dengan hakikat penciptaan dan menyadari kekurangan-kekurangan diri sebagai makhluk. Kesadaran bahwa diri kita adalah milik Allah. Segala bentuk dan rupa yang hadir dalam tubuh kita semuanya hasil rancangan Allah. Maka jangan merasa minder, dan jangan pula merasa ujub. Allah SWT berfirman:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ ۖ ﴿التين : ۴

Artinya: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. at-Tin [95]: 4).

Sehingga pada hakikatnya tubuh kita pun tak bisa sepenuhnya kita kendalikan. Akan ada suatu saat kita sakit, bagaimana pun kita ingin sehat misalnya. Dan pada akhirnya jika waktu kita sudah habis, jasad ini akan kembali bersatu dengan tanah betapa pun kita tidak mau. Segala kejadian dalam tubuh kita, interaksi diri dengan tubuh harus menjadikan kita semakin ingat pada Allah. Bahwa Dia-lah yang berkuasa, sedang kita tak mampu jika bukan karena izin-Nya.

وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗٓ اِلَّا هُوَ ۗوَاِنْ يَّمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ﴿الأنعام : ۱۷

Artinya: “Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-An’am [6]: 17).

Maka kita tak perlu heran bila tubuh kita semakin renta tanpa bisa kita cegah. Uban bermunculan tanpa bisa kita tolak. Itulah sunnatullah yang menunjukkan bahwa kita tak berkuasa atas diri kita. Bahkan untuk ilmunya pun, sedikit sekali yang kita tahu. Bahkan jika itu ilmuwan, dokter, ahli fisiologi tetap tak mampu menyingkap semua rahasia tubuh dan bagaimana kerja Allah untuk menjaga kesehatan kita. Padahal ancaman selalu mengintai, penyakit setiap saat mengelilingi kita, begitu juga dengan marabahaya lainnya.

Jika sudah memiliki kesadaran seperti demikian maka interaksi manusia akan selalu bernilai kebaikan. Bahkan jika interaksi itu antar sesama manusia. Jika ada manusia yang memuji kita, kita pun akan tetap mengingat Allah Ta’ala. Sebab yang dipuji hakikatnya tetap saja pemberian Allah. Kalau kita dipuji karena kepintaran, ketahuilah kepintaran itu juga pemberian dari Allah. Amanah dari Allah.

Begitu juga jika kita dicibir, responnya akan baik jika pangkalnya adalah dzikrullah. Cibiran dari manusia itu tidak akan berpengaruh pada kita, sebab mengingat Allah kita jadi tahu bahwa Allah Ta’ala telah menciptakan diri kita dengan sebaik-baik rupa. Kekurangan yang ada bukan tanpa tujuan hadir dalam tubuh kita, melainkan bisa jadi ladang pahala dan penggugur dosa jika bersabar serta bersyukur menghadapinya.

Sadari betul, bahwa Allah yang mengurus kita. Dia tidak pernah lupa dan keliru mengurus kita dan seisi dunia ini sekejap mata pun. Coba kita tafakuri bagaimana kerja otak kita, jantung kita, pencernaan kita, dan anggota tubuh lainnya. Apakah kita yang menggerakkan atau telah bekerja secara otomatis dengan pengawasan Allah. Tentu saja semuanya bekerja dengan sangat rapi, tanpa pernah berbenturan jika kita menjaga amanah tersebut.

Tubuh kita adalah amanah dari Allah Ta’ala. Sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaganya. Bukan semata-mata karena kita merasa berkuasa atas tubuh. Tapi karena itu pun salah satu bentuk interaksi kita terhadap amanah dari Allah, yakni tubuh kita. Dengan merawat tubuh dengan baik, kita secara tidak langsung telah bersyukur terhadap pemberian Allah ﷻ. Apabila rasa syukur itu telah telah terpatri dalam hati kita, maka nikmat dan kebaikan lain akan ikut tertarik. Seperti janji Allah kepada hamba yang pandai bersyukur, maka Allah akan tambahkan nikmat kepadanya.

(Kajian MQ Pagi, 3 November 2020)