Ilmu Syukur
Rekan-rekan sekalian, ada beberapa hal yang terlihat kecil tapi sangat penting. Yakni kemampuan berterima kasih atas sekecil apa pun kebaikan orang. Karena orang-orang yang tidak bisa berterima kasih kepada manusia, tidak termasuk orang yang bersyukur kepada Allah.
Rasulullah saw bersabda:
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
Artinya: “Tidak dikatakan bersyukur pada Allah, siapa yang tidak tahu berterima kasih kepada sesama manusia.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud).
Kemampuan berterima kasih itu menjadi kata kunci dalam syukur. Syukur itu membuat nikmat yang ada bisa ternikmati. Sehingga jika Allah SWT memberikan sesuatu kepada kita, belum tentu menjadi kebaikan. Tahap pertama pemberian itu ialah menjadi ujian. Ketika kita bisa bersyukur barulah jadi kebaikan yang menarik nikmat lain.
Allah SWT berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ﴿٧
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.’” (QS. Ibrahim [14]: 7).
Jadi kalau seorang hamba mampu bersyukur, nikmat yang ada akan ternikmati, kemudian juga jadi kebaikan karena disukai Allah dan menarik nikmat lainnya. Maka dalam situasi apa pun kita harus tahu ilmu syukur, supaya bisa menyikapi segala masalah dengan benar.
Dengan syukur inilah, pertama hati harus yakin bahwa semua nikmat milik Allah Ta’ala. Pasti dari Allah Ta’ala. Makhluk itu jalannya. Jalan kita menjadi ada (syariatnya karena orang tua, maka berbakti kepada orang tua adalah bentuk terimakasih), jalan menerima hidayah, kebaikan, jalan menerima rezeki.
Kedua, afdhaluddu’a alhamdulillah. Maknanya doa yang paling utama adalah alhamdulillah. Memuji Allah Ta’ala dalam segala keadaan. Ucapan hamdalah lebih berharga dari nikmat yang kita terima karena hamdalah adalah pengakuan kepada Allah Ta’ala.
Dari A’isyah radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat (mendapatkan) sesuatu yang dia sukai, beliau mengucapkan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
Artinya: “Segala puji hanya milik Allah yang dengan segala nikmatnya segala kebaikan menjadi sempurna.’ Dan ketika beliau mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, beliau mengucapkan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
‘Segala puji hanya milik Allah atas setiap keadaan’.” (HR. Ibnu Majah, Syaikh al-Albani mengatakan hadis ini hasan).
Ketiga, orang yang tidak berterima kasih kepada manusia dia tidak bersyukur kepada Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
Artinya: “Tidak dikatakan bersyukur pada Allah, siapa yang tidak tahu berterima kasih kepada sesama manusia.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud).
Mengucapkan terima kasih harus dari hati yang terdalam. Cara berterima kasihnya yaitu dengan mendoakan dan ucapkan jazakallahu khairan.
Rasulullah bersabda:
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ فِى الثَّنَاءِ
“Barangsiapa diperlakukan baik oleh orang lain kemudian ia berkata kepadanya “jazaakallah khairan” (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka ia telah memujinya dengan setinggi-tingginya.” (HR. Tirmidzi).
“Allahummaa a’inni ‘ala dzikrika wasyukrika wahusni ibadatik.” Itulah doa yang sangat penting, wajib kita hapal, kita pahami dan kita amalkan. Karena istiqamahnya seorang hamba dalam berzikir hanya dengan pertolongan Allah Ta’ala. Istiqamahnya kita bersyukur juga hanya dengan karunia Allah Ta’ala.
(Kajian MQ Pagi, 2 November 2020)