Islam dan Gaya Hidup Sederhana
Islam mengajarkan gaya hidup sederhana pada seluruh pemeluknya. Hidup sederhana berarti hidup dengan tidak berlebih-lebihan, tapi juga tidak menjadi kikir atau bakhil. Sesuai firman Allah SWT:
وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا۟ لَمْ يُسْرِفُوا۟ وَلَمْ يَقْتُرُوا۟ وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. al-Furqan [25]: 67).
Pada surah ini Allah SWT memerintahkan untuk tidak berlebihan dan tidak kikir/bakhil, melainkan berada di antaranya yakni hidup sederhana. Hidup sederhana artinya cermat dalam membelanjakan harta atau hemat. Hidup sederhana dalam Islam merupakan akhlakul mahmudah atau akhlak terpuji.
Dengan demikian, siapa saja yang mengamalkannya tentu akan mendapat kebaikan di dunia dan di akhirat. Sebaliknya bagi yang hidup boros akan mendapat kerugian di dunia dan di akhirat. Bahkan Allah menyebutnya sebagai saudara syaitan sesuai firman-Nya, “Sesunggunya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. al-Isra [17]: 27).
Rasulullah Hidup Sederhana
Rasulullah saw merupakan teladan terbaik bagi umat Islam. Beliau merupakan sosok sempurna, pemimpin umat, penguasa jazirah Arab, bahkan Allah SWT menjaminkan surga atas dirinya. Status Rasulullah begitu tinggi dan terhormat. Segala keinginannya tidak sulit untuk dikabulkan, baik itu oleh Allah SWT maupun oleh umatnya. Bahkan sebuah riwayat menyebutkan Allah pernah menawarkan emas sebanyak butiran pasir di gurun Kota Mekah kepada Rasulullah. Nabi Muhammad bisa saja mengambil segala kesenangan dunia itu, harta dan kekayaan materi. Faktanya, Rasulullah adalah sosok teladan mulia yang tidak pernah silau dengan kenikmatan duniawi.
Nabi Muhammad memilih kehidupan sederhana, tecermin dari jawaban Rasulullah atas butiran emas yang ditawarkan Allah SWT kepada beliau, “Tidak, ya Tuhanku, lebih baik aku lapar sehari, dan kenyang sehari. Bila kenyang, aku bersyukur memuji-Mu, dan jika lapar aku akan meratap berdoa kepada-Mu.”
Daarut Taauhiid dan Hikmah Hidup Sederhana
Bagi para alumni Santri Mukim Daarut Tauhiid (DT) khususnya program non formal, tidur di atas kasur lipat dengan ketebalan minim, disertai selimut dengan ketebalan tak seberapa tentu menjadi kesan luar biasa. Beberapa santri yang terbiasa tidur dengan nyaman di rumah masing-masing dengan segala fasilitasnya, harus beradaptasi dengan budaya hidup sederhana yang diterapkan di pesantren. Pada awalnya tentu butuh perjuangan bagi para santri di tengah padatnya jadwal belajar. Tapi di akhir pembelajaran justru itulah yang menjadi kenangan terindah bagi para alumni. Budaya hidup sederhana yang diajarkan membuat para alumni santri belajar sekaligus berlatih menjadi ahli syukur dengan menerapkan hidup sederhana.
Hidup sederhana memberikan kita beberapa hikmah atau manfaat, antara lain memberikan kenyamanan, menghemat waktu, uang dan sumber daya alam. Membuat kita berpikir dua kali dalam investasi. Berpakaian sederhana, tidak mengejar merk adalah perilaku lebih baik karena antisipasi untuk membeli terkadang lebih banyak karena kesenangan daripada nilai guna/fungsi barang itu sendiri, dan euforia (kesenangan berlebihan) memilikinya tanpa kita sadari akan hilang begitu cepat. Hikmah lain dari hidup sederhana yakni belajar menikmati hal-hal sederhana dan meminimalisir beban pikiran. (Ana)