Tafakur, Ciri Khas Diklat Daarut Tauhiid
Awal 2000-an hingga 2017 kegiatan Daarut Tauhiid (DT) didominasi source course atau kursus-kursus singkat. Bahkan dengan Program Wisata Rohani saja, DT hampir setiap bulan dikunjungi tidak kurang dari 50 ribu jamaah dari berbagai pelosok tanah air. Baik itu sebatas mengikuti Kajian Ma’rifatullah setiap malam Jumat maupun kegiatan lainnya. Dari sekian kegiatan, ada beberapa ciri khas pendidikan di DT.
Solo Bivak
Kegiatan solo bivak merupakan rangkaian kegiatan dari outbound yang diselenggarakan di DT, baik sanlat atau diklatsar. Solo bivak merupakan puncak dari kegiatan tersebut. Diklatsar dengan kegiatan outbound ini diikuti peserta dalam jumlah besar antara 100 sampai 700 orang.
Solo bivak dilakukan di dalam hutan dan waktunya menjelang berakhirnya hari. Sekitar pukul 16.00 peserta dikumpulkan dan diberikan pengarahan terkait solo bivak. Peserta akan dipisah dan ditempatkan di lokasi berjarak kurang lebih 10 sampai 15 meter.
Masing-masing peserta akan membuat tenda darurat dari ponco atau jas hujan untuk berteduh dan berlindung dari hujan serta dinginnya udara pegunungan, terutama saat malam hari. Acara solo bivak akan dimulai saat maghrib dan selesai subuh keesokan harinya. Tujuan solo bivak ini adalah sarana perenungan diri agar para peserta diklatsar lebih mengenal dirinya sendiri. Lalu puncaknya mengenal Allah sebagai Tuhan sekaligus Sang Pencipta dirinya.
Ruang Perenungan
Itu sebabnya, panitia diklat akan memberikan pengarahan sebagai pengantar bagi para peserta sebelum menempati ruang perenungan mereka masing-masing. Di antara pengantar yang diberikan kepada para peserta solo bivak adalah saat sendirian dalam tenda akan membuka waktu untuk bertafakur tentang tujuan dan cita-cita hidup. Lalu, seandainya ini malam terakhir siapa yang akan diajak untuk menemani. Selanjutnya, seandainya besok masih diberi waktu apa yang akan disampaikan kepada orang tersayang dan paling berarti dalam hidup.
Hal terpenting dari itu semua dan merupakan puncak perenungan adalah di saat sendirian akan dapat merasakan hanya berdua dengan Allah SWT, lalu hanya mengandalkan-Nya dan berlindung kepada-Nya saat yang lain tidak ada.
Keutamaan Bertafakur
Merenung dan bertafakur bisa mengantarkan kepada kemuliaan dunia dan akhirat. Ka’ab bin Malik berkata, “Barang siapa menghendaki kemuliaan akhirat, maka hendaknyalah ia memperbanyak tafakur.” Hatim menambahkan, “Dengan merenungi perumpamaan, bertambahlah ilmu pengetahuan; dengan mengingat-ingat nikmat Allah, bertambahlah kecintaan kepada-Nya; dan dengan bertafakur, bertambahlah ketakwaan kepada-Nya.”
Imam Syafi’i dalam Mau’idhatul Mu’minin menegaskan, “Milikilah kepandaian berbicara dengan banyak berdiam, dan milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan berpikir.”
Tafakur adalah pangkal segala kebaikan, sehingga Ibnul Qayyim berkata dalam Miftah Daaris Sa’adah, berpikir akan membuahkan pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan keadaan yang terjadi pada hati, perubahan keadaan hati akan melahirkan kehendak, kehendak akan melahirkan amal perbuatan. Jadi, berpikir adalah asas dan kunci semua kebaikan. (Gian)