Memahami Dakwah Bil-Hal Khas Daarut Tauhiid
Setiap orang tak lepas dari ujian berupa rasa kecewa. Rasa ini bisa muncul karena kenyataan tak sesuai harapan. Oleh karena itu, skill atau keterampilan mengelola rasa kecewa sangat diperlukan. Karena merasa kecewa adalah hal biasa, tapi bisa mengelola rasa kecewa adalah hal luar biasa.
Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym sebagai pendiri Pesantren Daarut Tauhiid (DT) membuat rumus 3M sebagai solusi untuk mengelola rasa kecewa. Rumus ini adalah singkatan dari Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulai saat ini.
Saat merasa kecewa, tentu kita ingin mengubah hal yang mengecewakan tersebut. Misalnya seorang pimpinan merasa kecewa dengan bawahannya yang sering terlambat. Solusinya, mulailah dengan memberi contoh datang tepat waktu sesegera mungkin. Ini akan jauh lebih efektif dibanding pimpinan hanya marah-marah, namun tidak memberi contoh datang tepat waktu.
Pentingnya Dakwah Bil-Hal
Berdakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim sesuai dengan firman Allah SWT, “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran [03]: 110).
Dalam ayat ini terkandung dua hal, yakni: pertama, mulianya umat Islam adalah dengan dakwah. Kedua, tegak dan eksisnya umat Islam adalah dengan menjalankan konsep amar ma’ruf nahi munkar. Apa pun profesi dan pekerjaan seorang muslim, tugas dakwah tidak boleh ditinggalkan.
Nah, salah satu bentuk dakwah adalah dakwah bil-hal, yang secara harfiah berarti menyampaikan ajaran Islam dengan amaliah nyata melengkapi dakwah bil-lisan. Secara lebih luas, dakwah bil-hal dimaksudkan sebagai keseluruhan upaya mengajak orang secara individu maupun kelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat. Tujuannya mewujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebutuhan lebih baik berdasarkan tuntunan Islam.
Dakwah bil-hal bisa disebut juga dakwah bil-qudwah, yang berarti dakwah praktis dengan cara menampilkan akhlakul karimah. Buya Hamka seorang ulama muslim mengatakan bahwa akhlak sebagai alat dakwah yakni budi pekerti yang dapat dilihat orang, bukan pada ucapan lisan manis serta tulisan memikat tetapi dengan budi pekerti yang luhur.
Metode Dakwah 3M
Rumus 3M berpusat pada akhlak seorang dai. Sebelum menyuruh orang lain, maka seorang dai hendaknya mengamalkannya terlebih dahulu. Supaya dakwah mudah diterima oleh manusia, seorang dai harus memperhatikan sifat dan akhlak-akhlaknya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, “Sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. as-Saff [61]: 3).
Rasulullah saw adalah seorang dai yang berdakwah melalui keteladanan sesuai dengan firman Allah SWT, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. al-Ahzab [7]: 21).
Sedangkan dalam hadis dari Abi Zaid Usamah bin Zaid bin Haritsah ra, Rasulullah saw bersabda, “Pada hari kiamat, didatangkan seorang pria kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka hingga usus-ususnya keluar terburai dari perutnya, lalu ia berputar-putar di dalamnya sebagaimana seekor keledai berputar mengitari penggilingan. Para penghuni neraka pun berkumpul dan berkata kepada orang itu, ‘Wahai Fulan, apa gerangan yang terjadi denganmu? Bukankah kamu dulu senantiasa beramar ma’ruf nahi munkar?’ Ia menjawab, ‘Betul, aku dulu memerintahkan kepada yang ma’ruf namun aku tidak melaksanakannya dan aku melarang yang munkar namun aku mengerjakannya.’” (Muttafaqun ‘alaih). (Ana)
ket. foto ilustrasi artikel diambil saat sebelum pandemi