Kaya dalam Pandangan Allah

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kaya hati.” (HR. al-Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 2417).

Semua orang ingin kaya dan bangga dengan kekayaannya karena merasa aman, merasa sukses dengan kaya. Tapi ternyata kekayaan dalam pandangan Islam bukan melimpahnya harta, tetapi melimpahnya kebaikan di hatinya.

Perihal rezeki, semua rezeki Allah yang membagikannya. Syariatnya kita bekerja keras, terus belajar, berusaha profesional, tapi tetap ingat semua kemampuan datang dari Allah SWT. Kita tidak boleh menuhankan kerja keras, menuhankan kecerdasan. Kita tidak boleh menganggap bahwa kerja keras dan kecerdasan yang membuat kaya. Karena banyak orang tidak begitu cerdas menjadi kaya.

Kita harus meyakini kekayaan adalah titipan Allah SWT semata, maka tidak perlu kita mengaguminya. Bukankah kita lahir tanpa membawa apa pun? Nah, hakikat rezeki itu hanya tiga, yakni:

  1. Yang dimakan jadi kotoran.
  2. Yang dipakai jadi usang.
  3. Yang dinafkahkan di jalan Allah SWT.

Kekayaan yang dimiliki sama sekali tidak identik dengan kemuliaan, kesuksesan, maupun kebahagiaan. Karena itu adalah sepenuhnya hak Allah dan dibagikan sekehendak-Nya. Tak perlu sibuk membanding-bandingkan. Jangan sampai banyaknya harta membuat kita sombong dan sedikitnya harta membuat kita minder. Karena rezeki itu pasti berpindah, tidak mungkin menetap di kita.

Dalam hidup ini, urusan dunia kuncinya adalah zikrullah, sedangkan kaitannya dengan ikhtiar sesuai firman Allah SWT Surah ar-Ra’d [43] ayat 11, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka.”

Tidak ada kemuliaan dengan harta kecuali harta yang diperoleh dengan jalan baik dan diperoleh dengan cara baik. Ada pun kiat mendapat rezeki yang berkah dan melimpah, yaitu:

  1. Tekad kuat.
  2. Perbanyak tobat.
  3. Jauhi maksiat.
  4. Tingkatkan taat.
  5. Tebar manfaat.

(Selasa, 1 September 2020)