Utamanya Salat Malam
“Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad) bangunlah di malam hari, kecuali sedikit saja (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu. Dan bacalah al-Quran itu dengan tartil. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu Qaulan Tsaqiila. Sesungguhnya bangun di waktu malam itu lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS. al-Muzzammil [73]: 1-6).
Salah satu media yang tepat untuk berkomunikasi dengan Allah SWT adalah dengan salat, baik salat fardlu maupun salat sunnah. Di antara shalat sunah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) adalah salat malam atau qiyamullail (tahajjud).
Ada beberapa keutamaan yang dijanjikan Allah dan Rasulullah bagi mereka yang menunaikan salat malam, sebagai berikut:
Pertama, sebagai sifat ’ibadurrahman (hamba Allah). “Dan ’ibadurrahmaan (hamba Allah) itu adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Allah.” (QS. al-Furqan [25]: 63-64).
Berdasarkan ayat ini, jelaslah salah satu ciri hamba Allah adalah selalu menunaikan salat malam. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan sepertiga malam untuk banyak bersujud dan munajat kepada Rabbnya.
Kedua, menjadi motivasi untuk beramal kebaikan pada siang hari. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Setan suka memasang pada ujung kepala seseorang di antara kalian ketika ia tidur 3 ikatan. Pada setiap tali tertulis kalimat ’bagimu malam yang panjang maka tidurlah’. Jika dia bangun dan berzikir kepada Allah maka lepaslah satu ikatan. Jika ia berwudlu maka lepaslah satu ikatan. Dan jika ia mendirikan salat maka lepaslah satu ikatan. Maka jadilah ia orang yang bersemangat dan memiliki jiwa bersih. Jika tidak (melakukan yang tadi), maka dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal baik).” (HR. Bukhari, Muslim, Malik, dan Nasai).
Tidak henti-hentinya setan sebagai musuh bebuyutan mengganggu dan menghalangi manusia agar jauh dari Allah. Maka tatkala kita mampu memaksakan diri untuk menunaikan salat malam, berarti telah mendobrak tipu daya setan terkutuk itu. Yang pada akhirnya, Allah akan memberikan kekuatan luar biasa berupa ghirah (motivasi) yang kuat untuk beramal kebaikan di siang harinya.
Ketiga, sebagai bukti syukur kepada Allah. Tidak diragukan lagi, begitu banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita. Kewajiban kita bukan untuk menghitung-hitung nikmat, karena memang tak akan dapat dihitung. Tetapi kewajiban kita adalah mensyukurinya. Salah satu bentuk syukur itu adalah salat malam.
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah saw berdiri (untuk salat) dari waktu malam hingga pecah-pecah kakinya. Maka Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah kenapa kau lakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu, baik yang telah terdahulu atau yang akan datang?” Rasulullah menjawab, “Tidakkah aku ingin jika aku termasuk orang yang banyak bersyukur?” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Keempat, jalan menuju surga. Setiap orang ingin mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun akhirat. Kebahagiaan di akhirat dibuktikan dengan masuknya ia ke dalam surga, dan kuncinya adalah salat malam. Suatu waktu Abu Hurairah ra bertanya pada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah beritahu kepadaku akan sesuatu yang bila aku mengerjakannya, maka aku masuk surga?” Rasulullah saw menjawab, “Sebarkan salam, berilah orang lain makan, jalinlah silaturahim, tegakkan salat pada waktu malam tatkala orang lain sedang tidur, maka masuklah engkau ke dalam surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Hambal, dan Hakim).
Kelima, maqaman mahmudan (tempat yang terpuji). Allah Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya, sehingga menyediakan sarana untuk mencapai maqaman mahmudan melalui salat malam. Allah SWT berfirman, “Dan dari sebagian malam, bertahajjudlah kamu sebagai ibadah tambahan, semoga Allah mengangkat kamu ke tempat yang terpuji (maqaman mahmudan).” (QS. al-Isra [17]: 79).
Fasilitas salat malam ini adalah sebuah karunia yang terindah yang Allah SWT berikan kepada kita sebagai hamba-Nya. Barang siapa yang mampu menggunakan fasilitas ini, maka dia mendapatkan keuntungannya. Namun barang siapa yang menyia-nyiakannya, tentu dia mendapatkan kerugian. Mana yang akan kita pilih? Semua ini adalah sebuah pilihan saja, karena semua amal kebaikan akan kembali kepada kita sebagai pembuatnya.
Sungguh Allah SWT sangat sayang kepada kita. Semoga kita diberikan kekuatan oleh-Nya untuk mempergunakan semua fasilitas dan kesempatan bisa salat malam, agar kebahagiaan dunia dan akhirat dapat kita raih. Aamiin. (daaruttauhiid)