Masuki New Normal, Daarut Tauhiid Belum Buka
Menjalani masa kebiasaan baru atau new normal, hampir seluruh aktivitas mulai kembali bergeliat di tengah pandemi Covid-19. Dunia ekonomi perlahan mulai digerakan kembali, kemudian dunia pendidikan pun berjalan pelan-pelan sambil terus berupaya menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru hidup dengan pandemi.
Hal serupa terlihat di beberapa pondok pesantren di Indonesia yang mulai menerima kembali santrinya setelah hampir tiga bulan lebih menutup aktivitas. Berbagai cara dilakukan pihak pengurus pesantren untuk menerima santri, salah satunya dengan melakukan test cepat untuk para santri.
Namun, hal serupa tidak akan dilakukan dalam waktu dekat di Pondok Pesantren Daarut Tauhid pimpinan KH. Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym. DT dipastikan belum akan dibuka dalam waktu dekat atau sepanjang Juni ini.
Diketahui, pondok pesantren yang berada di zona hijau atau biru dalam skala kecamatan telah dipindahkan untuk dioperasionalkan kembali. Di skala kecamatan, Pondok Pesantren Daarut Tauhid terletak di Kecamatan Sukasari.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Informasi Covid-19 Kota Bandung (Pusicov), pasien positif di kecamatan tersebut sampai saat ini diperoleh 4 pasien. Untuk itu, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhid Gatot Kunta Kumara mengatakan, pihaknya belum mengadakan rapat terkait pembukaan operasional pesantren.
“Kita belum rapat tentang pembukaannya, cuman kita akan mengajukan gugus gugus tugas dan lain-lain, termasuk pertimbangan dari Pak Ridwan Kamil,” ungkapnya saat dihubungi, Selasa (23/6).
Salah satu pertimbangannya, ia mengatakan, karena masa depan pembelajaran tahun ini akan berakhir pada Juni sedangkan tahun baru dimulai bulan Juli. Maka dari itu, rapat pembahasan tentang pembukaan pesantren baru akan digelar di bulan Juli.
“Akhir Juni ini kan proses pembelajaran selesai, jadi bisa dibuka sekarang kan kagok ya,” ungkapnya.
Selain itu, ia mengatakan, bila akan dibuka kembali, pihaknya harus membuka protokol kesehatan dengan maksimal, menyediakan ruang isolasi, petugas medis, hingga APD. Hal tersebut masih harus dilakukan.
“Kalau santri dari seluruh Indonesia datang ke satu titik di Bandung lewat berbagai transportasi ada yang pakai pesawat dan kereta api, jadi untuk pastikan mereka bisa sehat sampai di Bandung jangan cari yang mudah. Kita harus mencari segala sesuatunya,” ungkapnya.
Sejauh ini, pondok pesantren Daarut Tauhid disebut memiliki masker, alat cuci tangan di atas titik dan penyemprotan cairan disinfektan secara berkala. Namun, ia menghargai hal ini masih kurang memadai.
Saat ini, para santri yang berjumlah sekitar 2 ribu orang masih melakukan sistem pembelajaran secara online. (Elga)