Dosa Tak Terampuni Kaum Luth
“Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya, ‘Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu. Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuan?’ Jawaban kaumnya tidak lain, ‘Datanglah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.’” (QS. al-Ankabut [29]: 28-29).
Sebagaimana tergambar dari ayat tersebut, penggalan kisah masa lalu yang tercantum dalam al-Quran merupakan pelajaran bagi perjalanan manusia di masa-masa mendatang. Meski tidak dapat dipungkiri, masih saja banyak manusia yang tetap berkubang dalam dosa dan tidak pernah menengok sedikit pun pada kebenaran.
Fenomena homoseksual tidak hanya terjadi pada golongan kaum Luth di Kota Sodom yang dimurkai Allah itu. Seiring waktu dan sejalan dengan era globalisasi saat ini, ada saja perilaku-perilaku menyimpang yang melanda umat manusa.
Perilaku itu merupakan penyakit masyarakat yang bisa masuk dalam strata sosial mana pun. Di kota-kota besar, perilaku homoseksual ini bergerak secara tersembunyi. Mereka membuat komunitasnya sendiri karena sadar akan pengakuan yang mustahil didapatkan. Kecuali di Belanda misalnya yang menghalalkan pernikahan sejenis, kaum-kaum gay di ibu kota bercampur-baur di tengah golongan heteroseksual dengan sembunyi-sembunyi. Meskipun dari waktu ke waktu, eksistensi mereka menyeruak ke permukaan dengan mendompleng label HAM. Beberapa organisasi nasional yang mendukung pergerakan gay dan lesbian menjadi salah satu penyebab utama tereksposnya perilaku menyimpang ini.
Sebagai umat muslim, hendaklah kita menghindari perbuatan-perbuatan yang keji selain menghimbau pada saudara semuslim untuk tetap berada di jalan Allah. Berkaca pada kisah masa lalu yang difirmankan Allah, merupakan hal yang terpuji jika kita menarik pesan atau hikmah di dalamnya.
Perilaku Menyimpang Kaum Luth
Menurut tafsir Ibnu Katsir, ketika Nabi Ibrahim as masih ada, Nabi Luth as diutus ke negeri Sodom. Penduduk kota itu adalah orang-orang yang akhlaknya sangat buruk. Mereka tidak memiliki keinginan untuk menjaga kesucian dirinya. Mereka tercatat sebagai kaum yang paling buruk dan kotor sepanjang sejarah para nabi, karena sangat permisif terhadap kemaksiatan dan tidak pernah peduli dengan kemungkaran yang dilakukan orang lain.
Dalam satu riwayat disebutkan mereka adalah orang-orang yang sangat tampan, gagah, kaya, dan mulia. Saat terjadi musim paceklik, Iblis datang dan berkata, “Sesungguhnya apa yang menimpa kalian ini disebabkan karena keutamaan yang kalian dapatkan.” Mereka bertanya kepada Iblis, “Kalau begitu, bagaimana cara menghindarinya?” Iblis pun menjawab, “Jadikanlah hal ini sebagai tradisi kalian, yaitu apabila ada orang asing yang berkunjung ke tempat kalian, maka saliblah ia dan lakukan hubungan seks dengannya melalui anus. Jika kalian mengerjakan hal ini, maka kalian tidak akan ditimpa kekeringan.”
Mereka pun melakukannya dengan keluar dari kampung dan mencari orang yang mereka ajak untuk berbuat keji. Sampai seiring waktu perbuatan itu sudah menjadi tradisi. Allah kemudian mengutus Nabi Luth. Namun segala perbuatan jahat yang mengalir dalam tubuh mereka tidak mengindahkan ajakan Luth as sedikit pun. Luth menangis karena tidak ada lagi harta yang tersisa, sementara mereka tidak sedikit pun merasa malu dengan tidak membayar utang sama sekali. Mereka tidak lagi mendengar nasihat siapa pun dan tidak mau menerima saran dari orang yang berakal.
Kemudian mereka melakukan dosa-dosa besar yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Mereka mendatangi sesama laki-laki sekali pun mereka memiliki istri. Ketika mereka berada di puncak kerusakan akhlak, Luth diutus kepada mereka untuk beribadah hanya kepada Allah SWT. Namun mereka tetap berada dalam kekafiran. Kemudian Nabi Luth meminta pertolongan Allah, “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu.” (Tafsir Ibnu Katsir 3:363).
Ketika Luth meminta pertolongan kepada Allah SWT, Ia mengirimkan malaikat-Nya yang mulia. Mereka datang ke negeri Sodom dan menemui Nabi Luth dengan wujud para pemuda tampan. Ketika Luth melihat tamunya itu, ia merasa sedih dan bingung karena jika menerima mereka, ia khawatir kaumnya akan berbuat keji kepada mereka. Namun jika ia menolak, ia khawatir kaumnya akan lebih keji lagi mempermainkan mereka, sementara mereka tidak mengetahui akhlak tercela yang dimiliki kaumnya (Tafsir Ibnu Katsir 3:353).
Ketika kaumnya mengetahui ada para tamu yang tampan di rumah Luth, mereka segera mendatangi Luth dan memintanya menyerahkan tamu itu. Saat itu Luth mengajak berdialog dengan bahasa yang santun dan lembut. Ia berharap ada di antara mereka yang masih bisa menggunakan akalnya, sehingga mampu meninggalkan mana yang batil. Namun kaumnya tidak menerima perkataan Luth, bahkan mereka menggertak dan mengatakan kalau istri-istri mereka tidak cukup memesona ketimbang para pemuda tampan yang berada di samping Luth.
Ketika itulah malaikat mengabarkan mereka bukanlah manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang diutus Allah SWT karena penduduk Kota Sodom telah berbuat zalim. Kemudian mereka berkata kepada Luth, “Janganlah kamu takut dan jangan pula susah. Sesungguhnya kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu, kecuali istrimu, dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Sesungguhnya Kami akan menurunkan azab dari langit atas penduduk kota ini karena mereka berbuat fasik.” (QS. al-Ankabut [29]: 33-34).
Malaikat Jibril kemudian mencabut kampung itu dari muka bumi kemudian mengangkatnya sampai dekat dengan langit lantas membalikkannya. Setelah itu Allah memberikan hujan batu. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami tinggalkan darinya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal.” (QS. al-Ankabut [29]: 35).
Setelah peristiwa itu tidak ada seorang pun yang selamat kecuali Nabi Luth dan para pengikutnya. Istrinya yang tidak beriman, dibinasakan bersama kaum-kaum yang lain. Luth pergi bersama putri-putrinya dengan keadaan selamat tanpa luka sedikit pun (Tafsir Ibnu Katsir 4:334). Perjalanan hijrah Nabi Luth merupakan perjalanan dakwah dalam menyeru kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah yang esa. Kemudian Allah menetapkan pertolongan kepadanya setelah kaumnya tetap dalam kekufuran dan tidak memedulikan ajakan Luth as.
Sungguh Allah menjadikan mereka contoh pelajaran bagi orang-orang yang berakal di generasi yang akan datang. Adapun dalil dari hadis Rasullullah, “Sesungguhnya yang paling aku takuti terjadi pada umatku adalah melakukan perbuatan seperti kaum Nabi Luth.” (HR. Ahmad, Al-Hakim, dan ditashih oleh Imam Adz-Dzahabi dan Syaikh Ahmad Syakir).
Sementara itu hukuman yang pantas diberikan kepada para pelaku homoseksual diriwayatkan oleh lebih dari satu ulama, misalnya dari Ibnu Qudamah dan Ibnu Qayyim. Sebagian ulama mengatakan dihukum mati dengan pedang, sebagian mengatakan dibakar, sebagian lagi mengatakan dijatuhkan dari gedung yang paling tinggi dalam keadaan terbalik kemudian dilemparkan dengan api.
Dalil pendapat ini adalah hadis Rasullullah, “Siapa yang kalian dapatkan melakukan perbuatan Luth, maka bunuhlah pelaku dan korbannya.” (Syaikh Bakar Abu Zaid) (daaruttauhiid)