Silaturahmi di Hari Fitri
Silaturahmi mewujudkan persaudaraan, meluruskan kesalahpahaman.
Kita tidak asing lagi dengan istilah silaturahmi. Dengan sigap memberi definisi bahwa silaturahmi menghubungkan tali persaudaraan, menyegarkan ikatan persaudaraan, atau aktivitas mengunjungi saudara. Ketiga definisi tersebut tidak ada yang salah, karena sama-sama memiliki nilai yang agung.
Miftah Faridl, Ketua MUI Kota Bandung memaknai silaturahmi sebagai aktivitas untuk mewujudkan persaudaraan atau ukhuwah islamiyah atau meluruskan kesalahpahaman, atau menyambungkan kembali tali persaudaraan yang sudah renggang. Artinya ini berlaku tidak hanya mewujudkan terjalinnya saja tapi ada usaha untuk menjaganya.
Sayangnya, kita lebih berorientasi pada menjalin persaudaraan yang baru dan memutus persaudaraan yang sudah ada. Dan cenderung memilih-milih untuk berhubungan dengan orang yang memiliki prestise tinggi seperti orang kaya atau pejabat. Padahal dengan rahmat-Nya Allah menyuruh kita menyambungkan tali silaturahmi kepada semua, sebagaimana yang tersirat dalam Quran Surah Ali Imran [3] ayat 103, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh- musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.”
Silaturahmi Identik dengan Idul Fitri
Silaturahmi identik dengan Idul Fitri. Namun bukan berarti silaturahmi hanya dilakukan di Hari Fitri saja. Hanya, momennya memang mendukung untuk berkumpul bersama sanak keluarga. Maka tidak disalahkan juga bagi yang berada di luar kota, menjadwalkan silaturahminya menjelang Lebaran. Sehingga tak dihiraukan sesaknya jalan yang dilalui, jauh jarak yang harus ditempuh dan besarnya dana yang harus dikeluarkan, semua diikhlaskan.
Tak sedikit juga di antara kita yang bawa penganan ala kota dengan harapan keluarga di kampung bisa mencicipi hasil usahanya di kota. Keberhasilan pun, cenderung ditampilkan. Makanya orang kampung begitu berambisi mengadu nasib di kota. Bisa jadi ini berkah dari silaturahmi (terutama bagi yang dikunjungi), namun bisa jadi masalah bagi pemerintah kota karena jumlah penduduknya kian bertambah.
Seiring kian canggihnya teknologi, silaturahmi tidak hanya di jalin di Hari Idul Fitri saja. Kita bisa menanyakan kabar kerabat dari kejauhan melalui bantuan alat komunikasi.
Perlunya Niat yang Ikhlas
Dalam hal apa pun, termasuk silaturahmi, niat karena Allah SWT menjadi prioritas utama. Silaturahmi tidak akan bernilai di hadapan Allah jika niatnya untuk mendapat pujian atau mengharap balasan dari mahluk. Riwayat berikut memberi gambaran bagaimana teknis silaturahmi sesungguhnya.
Diceritakan ada seorang pemuda hendak pergi ke kampung saudaranya. Melihat kepergian pemuda tersebut, Allah SWT mengutus malaikat untuk menanyakan maksud kepergiannya.
Malaikat bertanya, “Hendak ke mana engkau pergi?”
“Aku hendak berziarah kepada saudaraku,” tutur pemuda itu.
“Apakah karena tujuan dunia?” tanya malaikat.
“Tidak, aku berkunjung kepada saudaraku karena Allah SWT,” jawab pemuda.
Kemudian malaikat berkata, “Ketahuilah, aku utusan Allah memberi kabar kepadamu bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena Allah.” (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim)
Manfaat Silaturahmi
Tentu, banyak manfaat yang kita dapatkan dari silaturahmi. Selain terjalinnya suasana keharmonisan juga akan mendatangkan rezeki dan dipanjangkannya umur seseorang “Siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan usianya, hendaklah ia bersilaturahim.” (HR. Bukhari Muslim).
Selama ini mungkin kita tidak sadar telah berbuat khilaf sehingga membuat orang terluka hatinya. Melalui silaturahmi inilah, ucapan maaf dapat mengobati luka hati seseorang.
Silaturahmi juga dapat mendatangkan rezeki. Jelas, ini tidak perlu diniatkan untuk memperoleh balasan dari yang dikunjungi karena Allah sudah mencatatnya sebagai kebajikan. Seandainya diberi pun, tidak selamanya harus barang tapi juga nasihat atau pun doa. Itu rezeki yang tiada terkira.
Silaturahmi pun dapat memperpanjang usia. Di zaman Nabi, ada seorang pemuda yang usianya tinggal satu hari lagi. Dia berkunjung ke kerabatnya untuk mengabarkan bahwa dirinya akan mengadakan pernikahan pekan depan. Dengan seizin Allah pemuda itu usianya berlanjut hingga memiliki keturunan.
Tips Silaturahmi
Dalam silaturahmi tetap harus memperhatikan etikanya.
- Kunjungi orangtua terlebih dahulu.
- Lanjutkan ke rumah kerabat.
- Hilangkan niatan untuk pamer atau ingin dipuji.
- Ketika berkunjung ke rumah kerabat jangan terlalu lama, dikhawatirkan mereka punya urusan lain.
- Makan atau minum yang disajikan secukupnya.
- Jika ada rezeki, santuni fakir miskin walaupun itu berupa makanan.
Demikian tips silaturahmi, walaupun masih banyak tips-tips lainnya. Semoga bermanfaat. (daaruttauhiid)
sumber foto: manado.tribunnews.com