Belajar Pada Semut Merah
Di pagi yang berdetikkan rintik hujan
Aku berjalan terseok-seok lunglai karena kantuk
Tak sengaja kaki ini terantuk kayu lapuk
Mataku terbelalak karena kantuk
Dalam hatiku terkejut, subhanallah …
Di pagi yang sunyi dan dingin
Terlihat semut sudah bekerja dan saling membahu
Tak hiraukan rintangan dan halangan
Maha suci Allah yang menciptakan semut merah
Dengan tubuh kecilnya, mereka saling bergotong royong
Tak ada caci maki, iri hati, apa lagi sombong
Yang penting kerja, kerja dan kerja
Mengapa manusia tak bisa hidup seperti semut merah?
Hidup saling berdampingan dan saling jaga
Bukan saling benci, dendam dan bermusuhan
Seharusnya manusia malu pada semut merah
Bisakah kita hidup seperti semut merah?
Sejak manusia dilahirkan kedunia, manusia sudah diberikan kelebihan yang sangat sempurna dibandingkan dengan hewan, apa lagi semut merah hewan kecil dan lemah. Tetapi subhanallah, begitu luar biasa ciptaan Allah yang satu ini. Dibalik kecilnya mahluk semut merah ini, ternyata terdapat kelebihan yang begitu besar. Mereka tiap saat selalu bekerja mencari makan-makanan walaupun banyak halangan dan ancaman.
Mereka begitu gigih bekerja keras dan pantang menyerah, siang dan malam, dibawah terik panasnya matahari, di dinginnya guyuran air hujan. Semut-semut itu tak pernah saling berebut makanan demi mengganjal perut yang lapar, tak pernah beradu jotos untuk merebutkan jabatan, tak pernah membuka aib semut lain demi mendapatkan kepopularitasan, tak pernah bersilat lidah untuk mendapatkan ketenaran.
Semua yang mereka lakukan hanya untuk menjalani hukum sunnatullah mencari makan dan persediaan makanan untuk mempertahankan hidup dan untuk makan saudara-saudaranya.
Kerja, kerja dan kerja, itu simbol kehidupan mereka.
Lantas bagaimana dengan prilaku manusia saat ini?
Ternyata begitu banyak terjadi kerusakan yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri, bukan karena ulah tangan dan kaki-kaki semut ataupun hewan lainnya. Banyak sekali terjadi kemerosotan moral pada manusia, kerusakan lingkungan ataupun hutan-hutan dan gunung-gunung serta lautan.
Dikehidupan sehari-hari banyak terjadi persaingan–persaingan yang membawa manusia pada jalan yang tidak semestinya. Ada peristiwa adu jotos untuk mempertahankan pendapat dan jabatan, ada demonstrasi untuk memenangkan kepentingan sendiri dan golongan, ada adu silat lidah untuk menjatuhkan kedudukan orang lain dan untuk menaikkan pamor nama baik, ada yang gemar membuka aib orang lain untuk mencari ketenaran dan masih banyak lagi lainnya.
Dengan semua kajadian-kejadian ini seharusnya manusia kembali menata ulang jalan hidupnya untuk mendapatkan kemaslahatan hidup demi untuk mencari keridhaan Allah. Dan seharusnya manusia malu dan mau belajar pada semut merah hewan yang kecil dan tak ada daya dibandingkan dengan manusia. Tetapi mereka dapat menjalankan peran hidupnya dengan benar, sedangkan manusia?
Oleh sebab itu wahai manusia yang lupa pada ketentuan Allah, mari kita belajar tentang semangat, toleransi, sikap dan gaya hidup hewan yang lemah ini. Insya Allah hidup kita akan bermanfaat untuk kepentingan hidup manusia itu sendiri dan alam beserta mahluk lainnya disekitarnya. (Budi Handono)