Belajar al-Quran di DT, Santri PMK Rasakan Ketenangan
Empat puluh Santri Pesantren Masa Keemasan (PMK) Daarut Tauhiid angkatan ke 44, terlihat serius saat bertilawah surat-surat pendek dalam Juz 30, di Aula Gedung Daarut Tarbiyah, dibimbing oleh Ustaz Jalalludin. Para santri juga fokus saat menyimak pemaparan tentang ilmu tajwid dan mahraj.
Yanti (61), Santri PMK asal Bekasi ini mengungkapkan alasan, mengapa ia merasa tenang ketika membaca ayat suci al-Quran. “Subhanallah, ini karunia dari Allah setelah saya berada di Daarut Tauhiid dan menuntut ilmu di sini, yang semata-mata untuk mencari rida Allah, serta bekal untuk di hari akhir. Setelah beberapa minggu saya di sini, saya sudah tidak kepikiran dengan yang di rumah, harta, atau yang bersifat duniawi. Jadi ketika membaca al-Quran, saya menghayatinya, dan merasa dekat dengan Allah,” ungkapnya pada Selasa (8/10).
Menurutnya, wafat husnul khatimah atau akhir hidup yang baik, merupakan puncak tertinggi dari pendakian cita-cita seorang insan pribadi muslim. Bahkan secara lebih spesifik, cara wafat demikian ditunjukkan atau ditandai dengan mengucapkaan kalimat tauhid, yaitu pengakuan tidak ada tuhan melainkan Allah SWT pada hembusan nafas terakhirnya.
Ia menambahkan, ayat yang dibaca merupakan surah pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad saw. “Surat al-Alaq menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia dari benda yang hina, kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis, dan memberinya pengetahuan. Tetapi manusia tidak ingat lagi akan asalnya, karena itu dia tidak mensyukuri nikmat Allah itu, bahkan bertindak melampaui batas, karena melihat dirinya telah merasa serba cukup. Jadi sebenarnya bukan tempatnya di Daarut Tauhiid ini yang membuat saya jauh lebih tenang, melainkan dari tempat ini saya jadi mengingat Allah yang sudah menciptakan saya, yang semata-mata diciptakan untuk menyembah kepada-Nya” jelasnya.
(Sukmara Galih)