Memotivasi Bawahan
Motivasi secara definisi berarti dorongan/keinginan/kemauan untuk bertindak/melakukan sesuatu, didasari oleh impuls, dipengaruhi oleh kebutuhan dan mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Setiap orang, setiap pekerja (disadari atau tidak oleh dirinya) memiliki suatu daya yang bekerja dalam dirinya, dan menjelma, muncul ke permukaan berupa kinerja. Setinggi apa kinerjanya, berbanding lurus dengan setinggi apa daya yang dimilikinya tersebut.
Kebutuhan adalah sesuatu yang menciptakan daya tsb. Setiap orang akan melakukan sesuatu apabila ia memang membutuhkannya, apabila hal tsb bermanfaat bagi dirinya. Atas dasar hal tsb, Abraham Maslow meneliti Tingkatan Kebutuhan Dasar Manusia (Hierarchy of Needs).
Menurut beliau, tingkatan kebutuhan dasar manusia itu sebagai berikut:
Kebutuhan Dasar Badaniah (Basic/Phsiological Needs). Contoh, seseorang yang bekerja karena harus menghidupi keluarganya.
Kebutuhan Keamanan/Keselamatan (Safety/Security Needs). Contoh, ia bekerja di perusahan A karena perusahaan A memberikan dana pensiun bagi karyawannya.
Kebutuhan Sosial/Saling Memiliki/Saling Menyayangi (Belonging/Affection Needs). Contoh, ia bekerja karena ingin berinteraksi, ingin punya teman-teman, lingkungan. Misal, seorang ibu yang jemu di rumah karena anak-anaknya sudah besar.
Kebutuhan Penghargaan/Kehormatan Diri (Self Esteem Needs). Contoh, ia bekerja karena dengan bekerja ia dihormati oleh orang-orang di sekitarnya.
Kebutuhan Perwujudan Prestasi Diri (Self Actualization Needs). Merupakan kebutuhan untuk pembuktian diri kepada dirinya sendiri dalam mencari kepuasan batin. Contoh, ia menerima posisi ini karena posisi tsb menantang baginya. Dalam bekerja biasanya kebaikan-kebaikan, prestasi-prestasi yang ia lakukan tidak akan konsisten, hanya temporer.
Bagi seorang muslim, tentulah ia bekerja karena untuk beribadah dan harapannya hanya satu, yaitu keridhoan Allah. Bukan sesuatu yang lain. Hal ini akan membawanya pada kinerja tinggi yang konsisten, kebaikan-kebaikan yang konsisten
Oleh karena itu, seorang atasan sebelum menanamkan pemahaman tsb kepada bawahannya, terlebih dulu ia harus menanamkannya pada dirinya sendiri. Ia harus benar-benar meyakininya, mengimplementasikannya, baru membawa pengikutnya untuk memiliki tujuan dan harapan yang sama. Dan kita pun akan lebih mudah mengarahkan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama, daripada orang-orang yang berbeda-beda tujuan.
Selain membawa para pengikutnya kedalam tujuan jangka panjang yang sama, ke jalan yang sama, seorang pemimpin juga harus memiliki lalu membawa pengikutnya kepada tujuan jangka pendek yang sama. Dalam sekian tahun mendatang seorang pemimpin harus memiliki gambaran apa yang hendak diwujudkannya. Gambaran itu begitu jelas, sehingga ia bisa menceritakan secara detail, situasi apa yang terjadi dalam keadaan yang dibayangkannya. Bayangan itu hidup dalam benaknya, dan ia bisa menghidupkannya pada benak para pengikutnya. Visinya menjadi visi bersama dengan kesamaan pemahaman dan ada tekad untuk mewujudkannya bersama-sama. Visinya, bukan hanya kata-kata mati yang tertuang dalam dokumen organisasi.
Setiap team yang memiliki tujuan (jangka pendek dan panjang) yang jelas, tentu akan termotivasi. Setelah itu, dalam keseharian tidak lupa pula kita memperhatikan keadaan karyawan kita. Berikan stimulan-stimulan penting yang membuatnya termotivasi, merasa dihargai, sehingga tercipta situasi yang menyenangkan. Saling memotivasi, saling harga-menghargai.
Misal, mendelegasikan tugas (bukan meberi tugas). Beri kata-kata yang baik, seperti : Ada permasalahan seperti ini dan dan saya yakin kamu bisa mengatasinya. Jika ia berhasil, banggakanlah ia di depan rekan-rekan kita (sesama atasan) dengan sepengetahuannya. Beri ia pujian yang tulus dan proporsional, tidak berlebihan, tapi juga tidak garing. Jika ia gagal, janganlah sekali-sekali mencelanya, dengan kalimat yang paling halus sekalipun.Hanya 4 mata sekalipun. Tapi bantulah ia menyelesaikan tugasnya, beri pengarahan dan bimbingan apa yang harus ia lakukan, dan pantau terus ia sampai kita yakin ia sudah mampu ditinggal. Training, bukanlah sesuatu yang membuang-buang waktu. Setiap orang melakukan sesuatu berdasarkan ilmu, berdasar apa yang dipahaminya.
Kita pun harus memperhatikan lingkungan di sekeliling ia, apa kira-kira masalah yang ia dapat dari lingkungan sekitarnya, yang mempengaruhi kinerjanya. Bisa jadi ia tidak cocok dengan partnernya, sehingga pekerjaan mereka selalu lambat. Atau keterlambatan tsb bisa dari fasilitas yang mendukung pekerjaannya kurang, misal komputer yang sering hang. Bukan harus mengganti komputer, tapi tunjukanlah empati kita atas kesulitannya. Empati kita akan membuatnya merasa diperhatikan sehingga ia tetap bersemangat walaupun dengan fasilitas terbatas. Tapi ingat, empati bukan basa-basi, empati yang basa-basi akan terdengar formalitas dan tidak akan memotivasi.
Hal yang harus diingat adalah jika kita memberikan pressure walau hanya pada satu orang, ia akan memberikan pressure pada yang lain. Demikian seterusnya, pressure itu akan berantai. Sebagaimana bila kita memberi kebahagiaan pada seseorang, maka kebahagiaan itu akan terpancar pada suasana disekitar orang tsb. Demikian, Wallahu A’lam. (Ara Fatimah)