Jangan Mengatur Allah
Saudaraku, ketika sesuatu terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, tahan diri untuk mengeluh. Apalagi sampai berprasangka buruk kepada Allah. Mengatakan Allah tidak adil, atau perkataan-perkataan lain yang malah bisa membuat kita kufur. Na’udzubillahi min dzalik.
Lalu, bagaimana agar kita memiliki kemampuan menghadapi sesuatu yang tidak diharapkan dengan tenang dan berprasangka baik ke Allah? Salah satu ikhtiar yang bisa dilakukan, yakni memiliki sikap siap menghadapi yang cocok maupun tidak cocok dengan keinginan kita.
Seperti kata pepatah sedia payung sebelum hujan, maka lebih menenteramkan dibanding tidak membawanya. Membawa payung artinya siap menghadapi situasi saat hujan turun maupun tidak turun. Demikian pula yang siap dengan segala kondisi, ia lebih tenang dibanding dengan yang hanya siap dengan keinginannya saja.
Mengapa harus siap? Karena kita punya rencana dan Allah SWT pun punya rencana. Sedangkan yang pasti terjadi adalah rencana-Nya. Mustahil dalam hidup ini seluruh keinginan kita terwujud sepenuhnya. Silakan menafakuri perjalanan hidup selama ini. Nyata sekali ternyata di antara sekian banyak peristiwa yang kita alami, jauh lebih banyak yang tidak cocok dengan keinginan kita, dibanding dengan yang cocok dengan keinginan. Namun demikian, hidup ini tetap berjalan terus.
Andai saja semua keinginan terjadi sepenuhnya, sungguh tak ada lagi yang menarik dalam hidup ini. Dunia ini pun akan kacau balau. Bayangkan saja jika setiap yang ingin menjadi presiden lalu terkabul keinginannya, tentulah kehidupan kita menjadi kacau dan memang tidak mungkin terjadi.
Perumpamaan lainnya, kita pasti ingin sehat dan orang lain pun di seluruh dunia pasti menginginkan sehat. Bila semua terkabul sehat seluruhnya, apa yang terjadi? Dokter tak lagi memiliki pasien, rumah sakit seketika sepi, apotik, toko obat tak laku, pabrik obat akan bangkrut, para penyuplai bahan obat-obatan kehilangan mata pencaharian, fakultas kedokteran, keperawatan , farmasi pun tutup. Demikian pula beragam pendukung sarana kesehatan, menjadi kehilangan pasar. Dahsyat sekali dampaknya. Maka, sakit sesungguhnya bukan masalah. Ada pun yang menjadi masalah adalah saat kita salah menyikapi sakit, atau pun salah menyikapi sehat.
Hal yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Karena terkadang pengetahuan kita, plus hawa nafsu sering membuat kita tergesa-gesa. Kita pun menjadi kurang jeli melihat kebenaran. Begitu pula yang buruk menurut kita, bisa jadi adalah yang terbaik menurut Allah yang Mahatahu segalanya.
Sebagaimana Allah SWT berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 216)
Sesungguhnya tugas kita bukanlah mengatur Allah SWT. Yakni mengatur agar setiap kehendak-Nya sesuai dengan keinginan kita. Tugas kita adalah meluruskan niat, sehingga niat dan keinginan kita lurus karena Allah semata.
Tugas kita pun kemudian menyempurnakan ikhtiar di jalan yang Allah sukai. Lalu, pasrahkan sepenuhnya. Bertawakal kepada Dzat Yang Mahatahu segalanya, yang tidak pernah mengecewakan hamba yang bertawakal kepada-Nya.
Jika itu sudah kita tempuh, maka selesailah tugas kita. Apa pun yang kemudian terjadi, insya Allah adalah sebaik-baiknya takdir. Bila cocok dengan harapan, maka penuh keberkahan. Bila tidak cocok, maka Allah akan melapangkan hati kita untuk menerimanya. Kita pun tidak akan merasa perih atau menderita, malah semakin bersyukur karena yakin pilihan Allah itu pasti yang terbaik. (KH. Abdullah Gymnastiar)