Keutamaan Kepemimpinan dalam Islam
Segala puji hanyalah milik Allah SWT. Semoga Allah Yang Maha Menatap, menggolongkan kita sebagai orang-orang yang istiqamah dalam keyakinan yang kuat kepada-Nya. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad saw. Dialah kekasih Allah, yang padanya kita mengharapkan syafaat kelak di akhirat. Dialah uswah hasanah, teladan bagi seluruh alam. Pemimpin umat yang kepemimpinannya menjadi model kepemimpinan terbaik sepanjang masa.
Saudaraku, kepemimpinan sangat besar kedudukannya dalam Islam. Sampai-sampai Rasulullah mengajarkan jika kita melakukan suatu perjalanan meski hanya berdua atau bertiga, maka angkatlah salah seorang di antara kita sebagai pemimpin perjalanan. Padahal hanya suatu perjalanan, namun Rasulullah memberi perhatian dengan mengajarkan kepada kita untuk mengangkat seorang pemimpin.
Rasulullah saw bersabda, “Jika tiga orang dari kalian melakukan safar (perjalanan), maka hendaklah mengangkat salah satunya sebagai amir (pemimpin rombongan).” (HR. Abu Dawud).
Begitu banyak dimensi kehidupan kita sehari-hari yang memperlihatkan betapa kepemimpinan adalah hal yang penting dan perlu. Ketika sekolah, di kelas kita punya ketua kelas. Ada kepala sekolah. Ketika upacara ada pemimpin upacara. Di rumah ada kepala keluarga. Di luar rumah ada ketua RT, ketua RW. Begitu seterusnya sampai lingkungan yang lebih besar, selalu ada pemimpin. Dalam salat ada imam, di masjid ada ketua DKM. Bahkan dalam urusan kejahatan pun, sekelompok pencuri pasti ada pentolannya. Sindikat narkoba pasti ada bosnya.
Oleh karena itu, kepemimpinan adalah urusan yang begitu penting dan Islam memiliki pedoman bagi kita dalam urusan ini. Karena kehidupan kaum muslimin begitu kompleks, baik itu urusan pelaksanaan ibadah, urusan muamalah, urusan pendidikan, sosial, lingkungan hidup, dan lain sebagainya.
Bagi kita kaum muslimin, tidak ada yang bisa memahami urusan kita kecuali orang yang seakidah dengan kita. Tidak ada orang yang bisa memahami urusan hidup orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali orang yang sama-sama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana bisa urusan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, diurusi oleh orang yang tidak pernah salat, tidak bersyahadat, tidak meyakini Allah SWT, dan tidak mengikuti petunjuk Rasulullah saw?
Jadi, kepemimpinan dalam Islam bukanlah masalah pertimbangan suku, bangsa, bahasa, ras, melainkan masalah akidah. Ini adalah sesuatu yang sangat manusiawi, sesuai dengan hak asasi manusia, di mana seseorang memilih pemimpinnya yang sama agamanya. Non-muslim memilih pemimpin yang sama agamanya dengan mereka, demikian juga kaum muslimin memilih pemimpin yang sama akidahnya dengan mereka. Ini sungguh hal yang lumrah dan manusiawi.
(Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar, Sumber Foto : Selaras Media)