Amal Baik dan Berkah
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu terkait kepada Allah. Semakin terkait kepada Allah maka kita akan semakin mempunyai kekuatan. Begitupun semakin kita jauh dan tidak terkait kepada Allah maka kita akan semakin lemah. Laa haula wa laa quwwata illa billah, tiada daya (kekuatan) kecuali dengan izin Allah. Salah satu hal yang harus kita waspadai dari diri kita adalah jika kita bertidak tanpa menghitung untung dan ruginya (dalam pandangan Allah) dari tindakan yang kita lakukan.
وَالْعَصْرِۙ – ١
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ – ٢
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ – ٣
“Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. (QS. Al Ashr: 1 – 3).
Ada beberapa hal yang harus selalu kita ingat dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Apapun hal baik yang datang kepada kita pasti datangnya adalah dari Allah Ta’ala, begitupun dengan kepahitan yang datang kepada kita adalah atas izin dari Allah. Tetapi yang menentukan apakah itu menjadi keuntungan bagi kita atau justru kerugian adalah:
Menambah Iman atau Tidak
Apakah sesuatu yang kita lakukan itu akan menambah iman kita kepada Allah atau justru akan mengurangi kadar keimanan kita. Jika sesuatu yang kita lakukan itu menambah iman maka dampaknya adalah akan memberi ketenangan kepada kita, tetapi jika sesuatu hal yang kita lakukan itu malah mengurangi iman kita maka dampaknya adalah hati kita justru akan menjadi tidak tenang, galau, cemas, bingung. Jadi ketika kita hendak melakukan sesuatu terlebih dahulu harus kita pikirkan apakah itu adalah pekerjaan yang menambah iman atau justru mengurangi iman.
Amal Shalih atau Salah
Selanjutnya kita perlu pertimbangkan terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu hal adalah apakah sesuatu tersebut adalah bagian dari amal shaleh atau bukan. Saat melakukan sesuatu hal pasti ada waktu yang dibutuhkan, jangan sampai waktu yang kita pergunakan untuk melakukan sesuatu hal malah tidak menjadi amal shaleh bagi kita. Salah satu cara kita mengukur apakah sesuatu itu adalah amal shaleh atau bukan adalah dengan cara pikirkan terlebih dahulu apakah kita siap mati atau tidak saat sedang melakukan sesuatu tersebut. Jika kita merasa ragu untuk siap mati ketika sedang melakukan sesuatu tersebut terarti itu adalah amalan yang salah, tetapi jika kita siap kalau harus mati saat melakukan hal tersebut, boleh jadi itu adalah amalan shaleh.
Menjadi Contoh Baik atau Buruk
Sederhananya adalah apakah kita ingin sembunyi-sembunyi, orang lain jangan sampai mengetahui hal yang kita lakukan, atau kita merasa tidak masalah jika ada orang lain yang mengetahui dan mengikuti sesuatu yang kita lakukan. Dengan tolak ukur tersebut kita akan bisa menilai diri sendiri apakah hal yang akan kita lakukan akan menjadi pahala atau menjadi dosa.
Pada intinya adalah diri kita sendiri bisa menilai dan menimbang apakah amalan dan pekerjaan yang kita lakukan atau hendak kita lakukan itu baik disisi Allah atau tidak, menjadi kebaikan bagi diri kita atau tidak. Karena mau tidak mau kita harus menentukan sikap apakah kita akan melakukan sesuatu yang bernilai baik atau sebaiknya. Karena jika hati sudah dipenuhi dengan maksiat maka akan sulit kebaikan masuk kedalam diri kita, begitupun sebaliknya jika hati kita sudah dipenuhi dengan kebaikan dan keimanan kepada Allah Ta’ala maka akan sulit bagi maksiat dan perilaku dosa untuk masuk kedalam diri kita.