Menjaga Kepercayaan
Saudaraku, ketika membaca Sirah Nabawi kita akan tahu bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam sudah lama populer di tengah masyarakat Kota Mekah. Bahkan jauh sebelum diangkat menjadi rasul Allah. Beliau mahsyur dikenal dengan julukan al-Amin, yakni orang yang sangat tepercaya. Gelar ini baik sebelum maupun sesudah beliau tiada, tidak pernah ada lagi ada orang yang menyandangnya.
Sungguh besar pengaruh sebuah kepercayaan. Ia amat penting untuk kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat bagi seorang muslim. Kepercayaan jauh melampaui kedudukan harta, jabatan, atau kebendaan lainnya.
Ketika kepercayaan dikhianati kemudian sirna di hati seseorang, maka akan sulit untuk utuh kembali. Kendati dengan berjuta janji atau membayar denda sebanyak apa pun. Demikian besarnya arti sebuah kepercayaan.
Karena kejujuran dan sifat amanah, maka Nabi Muhammad mendapatkan kepercayaan dari banyak orang di sekitar kota. Sampai-sampai jika masyarakat Quraisy berselisih maka sering kali Rasulullah yang ditunjuk untuk menanganinya. Seperti dalam kisah renovasi Ka’bah saat para pemimpin Quraisy berselisih siapa yang lebih berhak memindahkan Hajar Aswad.
Pada kisah tersebut Rasulullah yang dipercayai menengahi perselisihan mereka. Beliau dapat mengambil keputusan yang diterima oleh semua pihak tanpa ada konfrontasi apa pun. Padahal ketika itu usia beliau masih amat muda jika dibandingkan para tetua kaum Quraisy. Dengan kebijaksanaan Rasulullah, Hajar Aswad pun dapat dipindahkan kembali ke tempat semula.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita biasanya lebih cenderung menitipkan sesuatu kepada orang yang jelas-jelas sudah kita kenal keamanahannya. Selama masih ada orang yang tepercaya, maka kita pasti memprioritaskan dia dibandingkan yang lain. Baik itu manakala kita hendak menitipkan benda, menitipkan uang, atau mewakili wewenang.
Orang yang tepercaya akan lebih mudah dalam hidupnya. Karena setiap orang menyukai sifat amanah. Seorang atasan akan suka pada karyawannya yang tepercaya. Seorang pembeli akan menjadi pelanggan setia pada penjual yang transparan dalam berniaga. Rakyat pun akan memberikan pilihannya kepada calon pemimpin yang memang tepercaya.
Seperti dalam satu hadis Rasulullah saw bersabda, “Seorang pedagang muslim yang jujur dan amanah akan (dikumpulkan) bersama para nabi, orang-orang shidiq, dan orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat nanti.” (HR. Ibnu Majah).
Menjadi orang yang tepercaya adalah dambaan semua orang. Karena tepercaya berarti amanah dan amanah adalah ciri orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِيْنَ هُمْ لِاَمٰنٰتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْنَ ۖ ﴿المعارج : ۳۲
وَالَّذِيْنَ هُمْ بِشَهٰدٰتِهِمْ قَاۤىِٕمُوْنَ ۖ ﴿المعارج : ۳۳
وَالَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُوْنَ ۖ ﴿المعارج : ۳۴
اُولٰۤىِٕكَ فِيْ جَنّٰتٍ مُّكْرَمُوْنَ ۗ ࣖ ﴿المعارج : ۳۵
Artinya: “Dan orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya, dan orang-orang yang berpegang teguh pada kesaksiannya, dan orang-orang yang memelihara salatnya. Mereka itu dimuliakan di dalam surga.” (QS. al-Ma’arij [70]: 32).
Kebalikannya dari itu ialah sifat khianat dan ingkar janji yang menjadi ciri orang munafik. Orang yang tepercaya akan dicintai oleh Allah Ta’ala dan para malaikat. Juga akan dicintai oleh sesama manusia. (KH. Abdullah Gymnastiar)