Keutamaan Ahli Zikir
Al-Hikam no. 195:
تـَسبِقُ اَنْوارُ الحُكمَاءِ اَقْوَالهُمْ فحَيْثُ صَارَالتَنْويْرُ وَصـلَ التّـَعْبيْرُ
Artinya: “Nur ulama ahli hikmah (makrifat) itu selalu mendahului perkataan mereka, karena itu apabila sudah mendapat penerangan dari nur dalam hatinya, maka sampailah keterangan yang dikatakan mereka itu.”
Saudaraku, orang yang yakin kepada Allah Ta’ala nurnya, cahayanya, auranya, fibrasinya, energinya selalu mendahului perkataan mereka. Dan kualitas keyakinan seseorang kepada Allah SWT, salah satu alat ukurnya yakni rapatnya zikrullah (berzikir mengingat Allah).
Orang yang senantiasa berzikir mengingat Allah memiliki fibrasi yang kuat. Diamnya, gerak-geriknya, bicaranya mengeluarkan energi positif. Sesungguhnya kita semua saling mengeluarkan energi, dan energi positif terbesar adalah orang yang hatinya selalu tersambung kepada Allah SWT, yaitu orang yang selalu zikrullah.
Ahli zikir sebelum berbicara, ia luruskan niatnya. Bicara hanya karena Allah dan meminta pertolongan hanya kepada-Nya. Sangat hati-hati dalam berbicara dan setelah berbicara meminta ampun kepada Allah. Jadi, tak perlu heran jika fibrasinya mendahului kata-katanya. Kata-katanya boleh jadi sama, tetapi rasanya akan berbeda. Itulah kekuatan ruhiyah ahli zikir.
Rasulullah saw telah wafat 1.400 tahun lebih, dimakamkan di Madinah ribuan kilometer jaraknya dari tanah air kita Indonesia. Tapi hingga saat ini, kekuatan energi beliau menggugah, menggerakkan kita semua agar mau mengikuti apa yang beliau contohkan. Kita tergerak mau menaati Allah, mau tahajud, mau berjuang terus-menerus syariatnya adalah kekuatan ruhiyah beliau.
Setelah Rasulullah, ada seorang ulama pejuang Palestina yakni Syaikh Ahmad Yassin. Beliau adalah pemimpin Hamas, pejuang kemerdekaan Palestina. Beliau ini ulama yang secara usia sudah sepuh. Berjalan pun menggunakan kursi roda karena lumpuh. Sungguh secara fisik beliau ini orang yang lemah, tapi bisa membuat orang-orang yang memusuhi Islam begitu ketakutan dengan sosoknya. Beliau mampu menggerakkan para mujahid Palestina. Mampu membuat gentar orang yang memusuhi Islam dengan kekuatan ruhiyahnya, bukan dengan kekuatan fisiknya.
Sebagai manusia yang pasti menua dan semakin lemah fisiknya, kita ini harus makin taat. Makin menjauhi maksiat, makin bersih hatinya, sehingga fisik boleh lemah tapi ruhiyah semakin kuat seperti syaikh Ahmad Yassin. Insya Allah.
Saudaraku yang budiman, kita harus memiliki kekuatan ruhiyah agar ucapan kita memiliki energi, daya gugah, dan daya ubah. Perkataan maupun diamnya bisa menjadi jalan hidayah bagi orang lain, masya Allah. Berusahalah menjadi ahli zikir. Melihat apa pun, mendengar apa pun, menginginkan apa pun, mencemaskan apa pun, ingat kepada Allah SWT karena segala sesuatu ada dalam genggaman-Nya. Semakin kita ingat kepada Allah, maka kita pun akan semakin diingat oleh Allah.
Allah SWT berfirman:
فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. al-Baqarah [2]: 152).
Orang yang sangat takut kepada Allah SWT, takut melakukan sesuatu yang Allah tidak suka adalah ulama. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟
Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulama.” (QS. al-Fatir [35]: 28).
Saudaraku, ada pun keterkaitan ilmu dan amal adalah sebagaimana perkataan Ali bin Abi Thalib ra, bahwa ukuran ilmu seseorang adalah amalnya. Beramal tanpa ilmu akan bias. Berilmu tanpa amal akan sangat sia-sia. Allah SWT melihat hati yang bersih dan amal yang ikhlas.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian, akan tetapi Allah melihat hati kalian.” (HR. Muslim). Semakin berilmu, semakin bersih hati, menjadi makin berilmu dan makin banyak beramal dengan ikhlas.
Sebagaimana kalimat hikmah dari Ibnu Athaillah (penulis Kitab al-Hikam), “Setiap ungkapan yang terucap dibungkus oleh corak kalbu yang menjadi tempat keluarnya.” Tiap bejana pasti mengeluarkan apa yang terisi di dalamnya. Ingat rumus teko, teko hanya akan mengeluarkan isi teko. Bila hatinya baik, maka yang dikatakan pun akan baik, begitu pun sebaliknya.
Bila hati seseorang diisi oleh rasa syukur, sabar, ikhlas, dan tobat, yang keluar dari lisan semuanya akan mengarahkan orang lain untuk bersyukur, bersabar, ikhlas, dan bertobat. Masya Allah.
(Kajian al-Hikam, Kamis 24 September 2020)