Dakwah Nabi Isa: Menghadapi Bani Israil yang Gemar Bertanya

Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; (Q.S. Maryam/19: 30-31).

Setelah diangkat menjadi Nabi dan Rasul-Nya, Nabi  Isa a.s. semakin giat berjuang merubah keyakinan dan gaya hidup masyarakat dari yang salah menuju yang Allah ridhai. Kitab Injil memandunya untuk membeberkan segenap kesalahan para pemuka agama Yahudi dan menyadarkan mereka tentang berbagai penyimpangan yang terjadi.

Namun sayang, dakwah Nabi Isa a.s. berbuah penentangan, fitnahan, dan ejekan. Keikhlasan Nabi Isa a.s. dalam memandu Bani Israil untuk kembali ke jalan yang benar tidak berjalan lancar. Semua tausiyah dan nasehat Nabi Isa a.s. selalu mereka benturkan dengan berbagai pertanyaan yang mempertanyakan kebenarannya.

Nabi Isa a.s. mengembalikan seluruh keadaan yang ada atas kuasa dan kehendak Allah Azza wa Jalla. Beliau senantiasa memohon bantuan dan lindungan Allah agar dirinya bisa istiqamah menjalankan titah-perintah Allah sebesar dan sepahit apapun resikonya.

Oleh karena tingginya pengulangan pertanyaan yang meminta bukti kebenaran, Nabi Isa a.s. memohon kepada Allah agar berkenan menunjukkan bukti-bukti agar masyarakat Bani Israil berhenti membantah. Maka, Allah pun menganugerahi Nabi Isa a.s. dengan berbagai kejadian luar biasa (mukjizat) sebagai bukti kerasulannya.

Suatu hari, Nabi Isa a.s. dan para sahabatnya (al-hawariyyun) merasa lapar dan dahaga karena menjalani perjalanan yang cukup jauh. Karena kehabisan bekal sedangkan tempat yang dituju masih jauh, mereka meminta Nabi Isa agar berkenan memohonkan kepada Allah sebuah hidangan dari langit. Mereka yakin bahwa tidak akan ada yang mustahil bila  Allah berkehendak. Dan mereka juga yakin bahwa doa nabi-Nya tidak akan disia-siakan oleh Allah Azza wa Jalla.

Nabi Isa a.s. tidak begitu saja mengabulkan keinginan para sahabatnya. Beliau menyadari bahwa beban perjalanan memang harus ditebus dengan berbagai asupan makanan dan minuman yang cukup. Namun beliau khawatir bila kualitas mental para sahabatnya melemah karena menyandarkan kepada pertolongan Rabb-nya. Padahal, Allah telah memberikan potensi yang luar biasa kepada manusia untuk didayagunakan. Nabi Isa pun menasehati para sahabatnya untuk bertawakal sebagai bukti keimanan.

Para sahabat mengerti sekali dengan jawaban nabinya. Mereka berusaha tidak merajuk. Namun sebagai manusia biasa, gambaran Kemahakuasaan Allah begitu dirindukan dan ingin dialami oleh mereka. Maka, mereka pun mencoba menyampaikan kembali disertai jaminan bahwa pertolongan Allah tidak akan menyebabkan mereka lemah melainkan akan semakin kuat dan aktif karena meyakini eksistensi Allah secara haqqul yaqin.

Nabi Isa menyadari bahwa kualitas dan kapasitas sahabatnya tentu berbeda dengannya. Apa yang beliau sepelekan (tidak dipermasalahkan) bisa jadi begitu mengganggu bagi selainnya. Maka, ia pun mengabulkan harapan para sahabatnya dengan bermunajat kepada Allah SWT.

Allah Yang Maha Mengetahui seluruh kebutuhan makhluk-Nya mengabulkan doa tersebut. Berikutnya, datanglah hidangan dari langit yang bisa memenuhi kebutuhan jasmani Nabi Isa a.s. dan para sahabatnya. Kejadian ini diabadikan Nabi Isa a.s. sebagai hari raya yang disyariatkan untuk diperingati tiap tahunnya. Dan atas kejadian ini, semua hawariyun semakin yakin dengan kebenaran yang dibawa nabinya. Mereka bertekad untuk mendampingi Nabi Isa a.s. menjalankan tugas risalahnya di tengah besarnya hambatan untuk meyakinkan Bani Israil yang sudah kian lama tersimpangkan. Wallahu a’lam.